Day 1
Kamis, 30 November 2017
Yeaayy...
Setelah sebulan kemarin berkutat dengan materi komunikasi produktif, kali ini giliran melatih kemandirian yang menjadi fokus dalam kelas Bunda Sayang Batch#3 IIP. Hal ini membuat Mami bersyukur, karena jadwal materinya pas dengan rutinitas kami yang semakin padat sejak seminggu lalu Mami dan dan Papi mulai membuka gerai batagor dan siomay.
Sejak berusia satu tahun dan Mami menganggap Zee bukan lagi seorang bayi, sejak itu pulalah Mami mulai melatih kemandirian Zee. Minimal ia harus bisa mengurus dirinya sendiri, seperti makan dan minum sendiri. Minggu pertama, Mami sengaja fokus untuk melatihnya makan sendiri tanpa disuap lagi karena selama ini proses tersebut sudah dilatihkan ke Zee, namun kadangkala ia masih malas untuk makan sendiri dan lebih memilih untuk tidak makan.
Pagi ini, setelah mandi, Zee merengek minta nonton video learn number. Mami berusaha mengajaknya untuk makan terlebih dahulu, namun ia tetap kukuh pada pendiriannya, yaitu nonton. Akhirnya daripada ia menangis, Mami memilih berkompromi.
“Dedek nontonnya sambil makan ya,” tawar Mami. Meskipun kebiasaan seperti ini tidak bagus, namun adakalanya Mami tetap membiarkan Zee melakukan sesuatu yang fleksibel, asal ia memenuhi batasan waktu yang Mami tetapkan.
“Nggak mau. Dedek mau nonton aja.” Zee memang selalu tidak mudah dialihkan jika sudah meminta sesuatu. Tanpa menunggu persetujuan dan tawar menawar lagi, Mami langsung memberitahunya bahwa ia akan mendapatkan handphone yang ia minta asalkan mau makan.
“Mami ambilkan nasi dulu ya. Abis itu Mami kasih handphonenya,” tegas Mami. Zee masih setia merengek.
“Ini, Dek nasinya,” ucap Mami sambil menyerahkan sepiring nasi kepada Zee.
“Suap Mami,” pinta Zee.
“No. Dedek makan sendiri ya. Kan sudah besar. Mami masih harus masak,” kata Mami dengan merendahkan suara sambil mengusap punggung Zee. Ia bersiap merengek dan kembali menanyakan handphone.
“Dedek makan dulu satu sendok. Abis itu langsung nonton,” lanjut Mami. Zee tampak berpikir sejenak, namun akhirnya ia menyentuh piring dan menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.
“Nah, gitu dong. Dedek kan sudah besar, harus pandai makan sendiri.” Mami memuji Zee. Penerapan komunikasi produktif dalam melatih kemandirian anak memang akan berpengaruh positif, semisal pujian yang bisa diberikan oleh orang tua ketika si anak berhasil melakukan suatu bentuk kemandirian.
“Ini kalau Dedek mau nonton. Tapi sambil dimakan nasinya ya,” kata Mami seraya menyerahkan handphone kepada Zee. Ia tersenyum senang. Walau bagaimanapun menepati janji adalah hal penting yang harus dicontohkan orang tua kepada anak-anaknya meskipun si anak seolah masih tidak mengerti.
Mami melanjutkan aktivitas di dapur, sementara Zee menonton video sambil makan di belakang. Sesekali Mami menengok dan memastikan bahwa ia benar-benar memakan sarapannya. Meskipun melatih kemandirian, namun dalam prosesnya ia tetap harus dibantu sesekali.
Zee memang memakan sarapannya, meskipun sesekali ia akan berteriak karena tidak dapat menyendok nasi yang tinggal sedikit dan Mami akan membantunya. Pagi ini Zee berhasil menyelesaikan tantangan 'makan sendiri', meskipun untuk etika makan masih harus diajarkan lagi, namun Mami tetap mengapresiasi kemauannya untuk diajak belajar mandiri. Terlebih setelah makan, saat Papi memberitahunya untuk mengantar piring kotornya sendiri ke tempat cuci piring, dengan ringan kaki ia langsung bergerak. Zee malah sempat ikut Papi mencuci sendoknya sendiri dan mengantarkan piring dan sendok yang sudah bersih untuk Mami susun ke dalam rak.
Semangat ya, Zee. Ini baru permulaan. Masih banyak tantangan yang harus kamu taklukkan agar siap menghadapi masa depan kelak jika kamu sudah dewasa.
Pagi ini, setelah mandi, Zee merengek minta nonton video learn number. Mami berusaha mengajaknya untuk makan terlebih dahulu, namun ia tetap kukuh pada pendiriannya, yaitu nonton. Akhirnya daripada ia menangis, Mami memilih berkompromi.
“Dedek nontonnya sambil makan ya,” tawar Mami. Meskipun kebiasaan seperti ini tidak bagus, namun adakalanya Mami tetap membiarkan Zee melakukan sesuatu yang fleksibel, asal ia memenuhi batasan waktu yang Mami tetapkan.
“Nggak mau. Dedek mau nonton aja.” Zee memang selalu tidak mudah dialihkan jika sudah meminta sesuatu. Tanpa menunggu persetujuan dan tawar menawar lagi, Mami langsung memberitahunya bahwa ia akan mendapatkan handphone yang ia minta asalkan mau makan.
“Mami ambilkan nasi dulu ya. Abis itu Mami kasih handphonenya,” tegas Mami. Zee masih setia merengek.
“Ini, Dek nasinya,” ucap Mami sambil menyerahkan sepiring nasi kepada Zee.
“Suap Mami,” pinta Zee.
“No. Dedek makan sendiri ya. Kan sudah besar. Mami masih harus masak,” kata Mami dengan merendahkan suara sambil mengusap punggung Zee. Ia bersiap merengek dan kembali menanyakan handphone.
“Dedek makan dulu satu sendok. Abis itu langsung nonton,” lanjut Mami. Zee tampak berpikir sejenak, namun akhirnya ia menyentuh piring dan menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.
“Nah, gitu dong. Dedek kan sudah besar, harus pandai makan sendiri.” Mami memuji Zee. Penerapan komunikasi produktif dalam melatih kemandirian anak memang akan berpengaruh positif, semisal pujian yang bisa diberikan oleh orang tua ketika si anak berhasil melakukan suatu bentuk kemandirian.
“Ini kalau Dedek mau nonton. Tapi sambil dimakan nasinya ya,” kata Mami seraya menyerahkan handphone kepada Zee. Ia tersenyum senang. Walau bagaimanapun menepati janji adalah hal penting yang harus dicontohkan orang tua kepada anak-anaknya meskipun si anak seolah masih tidak mengerti.
Mami melanjutkan aktivitas di dapur, sementara Zee menonton video sambil makan di belakang. Sesekali Mami menengok dan memastikan bahwa ia benar-benar memakan sarapannya. Meskipun melatih kemandirian, namun dalam prosesnya ia tetap harus dibantu sesekali.
Zee memang memakan sarapannya, meskipun sesekali ia akan berteriak karena tidak dapat menyendok nasi yang tinggal sedikit dan Mami akan membantunya. Pagi ini Zee berhasil menyelesaikan tantangan 'makan sendiri', meskipun untuk etika makan masih harus diajarkan lagi, namun Mami tetap mengapresiasi kemauannya untuk diajak belajar mandiri. Terlebih setelah makan, saat Papi memberitahunya untuk mengantar piring kotornya sendiri ke tempat cuci piring, dengan ringan kaki ia langsung bergerak. Zee malah sempat ikut Papi mencuci sendoknya sendiri dan mengantarkan piring dan sendok yang sudah bersih untuk Mami susun ke dalam rak.
Semangat ya, Zee. Ini baru permulaan. Masih banyak tantangan yang harus kamu taklukkan agar siap menghadapi masa depan kelak jika kamu sudah dewasa.
Pancar Matahari Family