Day 17
Sabtu, 18 November 2017
Hari terakhir tantangan materi pertama kuliah Bunda Sayang Batch#3 IIP, Komunikasi Produktif, Mami kembali mengangkat tema makan. Meskipun kemarin materi ini sudah dicoba dan sedikit berhasil, namun karena pagi tadi Zee meminta untuk makan sendiri tanpa disuap, maka Mami sekalian saja kembali mencoba menerapkan komunikasi produktif dengannya.
“Dedek makan sendiri, Mi,” ucap Zee saat Mami tengah membuat telur mata sapi.
“Iya sebentar ya, Mami buatkan dulu nasi goreng. Dedek tunggu di situ ya,” jawab Mami sambil menunjuk lantai dekat pintu belakang. Zee mengangguk dan menurut. Ia sibuk duduk di lantai sambil memainkan kartu Abang sepupunya.
“Nih, Dedek makan dulu. Duduk yang bagus, Nak,” kata Mami sambil memberikan piring berisi nasi goreng dan telur mata sapi yang sudah Mami potong kecil-kecil. Awalnya Zee hendak protes karena Mami menyuruh duduk. Namun Mami kembali memberinya pengertian.
“Dek, kemarin kan Mami udah bilang sama Dedek, kalau kita lagi makan itu harus duduk. Sekarang Dedek duduk yang bagus ya,” ulang Mami sambil mengusap punggung Zee dan duduk terlebih dahulu di lantai. Zee memandang Mami lama, namun akhirnya mengikuti perkataan Mami.
“Baca doa dulu sebelum makan ya, Dek. Gimana doanya?” Mami mengingatkan Zee untuk berdoa. Zee bersemangat membuka mulut dan melafalkan doa sebelum makan dengan lancar.
Setelah itu ia langsung memegang sendok dan memasukkan sesuap nasi ke dalam mulut. Mami tersenyum senang melihatnya. Zee makan dengan baik selama empat suapan.
“Tambah, Mi,” pinta Zee begitu nasi yang di piring tinggal sedikit. Ia memegang sendok berisi nasi dan memberikan piring kepada Mami. Dengan cepat Mami memgambilkan nasi dan berbalik menghadap si bocah.
Tahukah apa yang terjadi? Nasi berserakan di lantai. Zee tertawa girang. Selama ini, dilema yang Mami alami memang seperti ini. Ingin membiarkan Zee mandiri dan makan sendiri, namun takut ia mengotori meja, kursi, maupun lantai. Kalau di rumah hanya ada Mami dan Papi, mungkin hal tersebut tidak akan menjadi masalah besar. Namun anggota keluarga lain merasa keberatan dengan perbuatan Zee yang sebenarnya manusiawi karena ia sedang melalui proses pembelajaran mandiri. Ada sebuah cara untuk menyiasati, seperti misalnya menggunakan tikar sebagai alas saat ia makan sendiri. Hal itu sudah kami coba beberapa kali dan tidak efektif, karena pada dasarnya ia sangat senang bereksplorasi. Ia tidak akan diam di atas tikar. Ia akan berlari sambil makan kemudian sengaja membuat makanan berserak di lantai yang tanpa alas. Berkaca pada kejadian tersebut, satu-satunya hal yang bisa Mami lakukan adalah menggunakan komunikasi produktif untuk menjelaskan cara makan yang benar kepada Zee.
“Zee, kalau makan itu langsung disuapkan ke dalam mulut ya nasinya. Bukan diserak ke lantai. Seperti ini nih.” Mami menunjukkan kepada Zee bagaimana cara menyendok nasi dan menyuapkan nasi ke dalam mulut dengan benar.
“Dedek coba ya,” ujar Mami. Zee mengambil sendok dari tangan Mami dan memulai sesi makan sendiri. Beberapa saat Mami bernapas lega karena Zee tidak berulah. Hingga akhirnya Zee kembali menguji kesabaran Mami.
“Dedek nggak mau pakai sendok,” kata Zee sembari melempar sendok ke lantai. Hampir saja Mami mengomel, namun batal, dan memilih mengambil napas dalam-dalam sebelum menasihati Zee dengan lembut.
“Dedek mau makan pakai tangan? Ya udah, boleh. Tapi makannya baik-baik ya. Yang betul. Nasinya disuapkan ke mulut, bukan diserak ke lantai. Oke?” Bening manik matanya memandang Mami tanpa rasa bersalah. Lalu dalam sekejap, ia melancarkan aksi jahilnya. Kedua tangannya bergerak mengambil nasi di dalam piring dan menghamburkannya begitu saja. Lantai di sekitar kami otomatis menjadi kotor. Mami menghela napas untuk menurunkan emosi.
“Dedek, kan tadi Mami bilang, kalau nasi tidak boleh diserak. Dedek udah kenyang? Tidak mau makan lagi?” tanya Mami. Zee diam tidak menjawab.
“Kalau udah kenyang, minum air putihnya,” lanjut Mami sambil menyodorkan botol berisi air putih ke arah Zee. Awalnya ia menolak, namun akhirnya dilakukannya juga permintaan Mami.
“Dedek tunggu ya. Duduk bagus. Biar Mami bersihkan nasi di lantai ini. Oke?” Zee mengangguk mendengar perkataan Mami. Untung saja kali ini ia tidak mengganggu apa yang sedang Mami lakukan.
“Dedek ingat yang Mami bilang ya. Besok lagi, kalau makan itu tidak boleh main-main dengan nasinya ya. Itu tidak bagus,” ucap Mami. Zee memandangi Mami.
“Kalau kita makannya bagus-bagus, nanti Allah sayang,” lanjut Mami.
“Nanti Allah sayang,” kata Zee mengulang perkataan Mami.
Momen makan pagi hari ini kami akhiri dengan pelukan hangat. Meskipun Mami tahu Zee belum sepenuhnya mengerti setiap kalimat yang terucap dari mulut Mami, namun dengan membiasakan penggunaan komunikasi produktif yang hari ini masih belum sepenuhnya berhasil, Mami yakin memberikan efek positif. Jika sudah besar nanti, Mami yakin Zee pasti mengingat setiap perkataan Mami.
Sesi tantangan di bulan pertama ini sudah selesai. Namun ke depannya kami tidak boleh meninggalkan komunikasi produktif, karena dengan menerapkannya banyak memberikan dampak positif buat kami.
Sampai jumpa di tantangan materi berikutnya bersama Zee, Mami, dan Papi.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar