Jumat, 17 November 2017

Balada Makan Pagi



Day 16

Jumat, 17 November 2017

Hari ini, Mami kembali menuliskan tentang makan pagi alias sarapan. Mengapa begitu? Karena hingga saat ini, penerapan komunikasi produktif untuk masalah ini belum sepenuhnya berhasil.

Begitu bangun dari tidur, Zee langsung ikut Papi mengantar Abang sepupunya. Ia memang suka sekali dibawa naik motor meskipun tidak jauh. Pulangnya, ia minta handphone untuk menonton video. Mami yang saat itu baru selesai mandi dan dandan ala kadarnya, langsung mengingatkan Zee.

“Zee, mandi dulu. Abis itu baru nonton,” ucap Mami.

“Nonton, Dedek mau nonton. Mau susu. Susu strawberry. Susu mau, Mi. Sambil nonton,” rengek Zee. Mami sudah bersiap menegakkan aturan di rumah, namun melihat muka si kecil aktif itu memerah bersiap menangis lebih keras, maka urung Mami lakukan.

“Ya udah, kalau nggak mau mandi, Dedek makan dulu ya,” ucap Mami lagi.

“Susu. Dedek mau susu aja,” ulang Zee, kembali menekankan keinginannya. Baiklah, Mami yang harus mengalah. Membawa si bocah ke ruang samping, lalu mengambilkan sekotak susu UHT.

Sembari matanya menonton layar handphone, Zee memegang susu dan berdiri tegak. Mami yang melihatnya langsung mengingatkan.

“Dek, kalau minum susu itu duduk ya.” Mami sengaja merendahkan suara, menghindari kenaikan emosi. Bukannya menuruti perkataan Mami, Zee justru berjalan ke arah sepeda sambil menyedot susu.

“Dedek naik sepeda, Mi. Pakai sepatu.” Ia sibuk mengambil sepatu dengan tangan kiri lalu membawanya ke dekat sepeda.

“Mami pasangkan sepatu Dedek,” pinta Zee. Mami menggeleng.

“No. Dedek habiskan dulu susunya. Duduk sini,” kata Mami tegas namun tetap menjaga nada suara agar tidak meninggi.

“Zee, dengarkan Mami, Nak. Kalau Dedek sedang minum itu harus duduk.” Karena Zee mengacuhkan Mami, maka kalimat bernada tegas kembali keluar dari mulut Mami.

“Duduk sini dulu Dedek ya. Mami ambil nasi, kita sarapan.” Berharap Zee mau menurut, Mami kembali mencoba peruntungan.

“Lho, kok Dedek masih berdiri? Kan Mami bilang duduk.” Mami kembali mendekati Zee yanh asyik berdiri sambil menari, mengikuti gerakan dalam video yang ditontonnya. Sedotan di dalam susu masih terselip di mulutnya.

“Sini Mami suap. Duduk.” Entah yang keberapa kali, Mami kembali berujar. Zee memandang Mami. Lalu pelan-pelan tubuhnya ditekuk hingga ke posisi duduk. Mami tersenyum.

“Nah gitu dong. Dedek kan pintar, tahu kalau makan itu harus duduk. Iya kan?” Mami memuji Zee. Ia memamerkan senyum manisnya. Satu suap nasi berhasil masuk ke dalam mulut mungilnya.

“Eh, Dedek mau ke mana? Tapi kita kan makan? Kalau makan harus duduk tadi Mami bilang.” Melihat Zee kembali berdiri setelah menerima suapan nasi, Mami bertanya. Ynag ditanya langsung kabur berlari kesana kemari tanpa repot-repot menjawab.

“Makan lagi, Mi,” ucap Zee. Mami kembali menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut Zee. Ia kembali bangkit dari duduk. Mami mengingatkan tentang keharusan duduk kalau sednag makan.

Berkali-kali mencoba, namun sepertinya hari ini masih belum sepenuhnya berhasil. Zee hanya sebentar saja mengikuti aturan yang Mami berikan, lantas kembali bermain sesuka hatinya. Sepertinya harus mencoba ekstra keras lagi. Karena kalau Mami perhatikan, permasalahan bukan terletak pada ketidakmampuan Zee mencerna aturan yang Mami jabarkan. Ia mengerti, namun masih belum mau menuruti ucapan Mami. Semoga semakin besar nanti ia lebih mudah melakukan setiap kebaikan.

Be positive! Besok kita belajar lagi ya, Zee.

Pancar Matahari Family

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...