Kamis, 16 November 2017

Zee's Creation



Day 15

Kamis, 16 November 2017

Seperti biasa, pagi ini Zee susah diajak mandi. Hampir satu jam Mami membujuk hingga akhirnya ia mau beranjak masuk ke dalam kamar mandi, dengan janji setelah mandi Mami akan menemaninya bermain crayon. Selesai mandi, belum sempat Mami memakaikan baju, ia sudah merengek, menagih janjinya untuk bermain crayon.

“Mami ambilkan buku Dedek. Sama crayon,” ucap Zee. Sambil sedikit membujuknya untuk bersabar, Mami menyelesaikan urusan memakaikan baju dengan cepat.

“Nih. Buku gambar Dedek sama crayon. Gambarnya di sini ya,” tunjuk Mami dengan jari telunjuk mengarah ke buku gambar.

Jika sedang bermain crayon, Zee tidak bisa ditinggal sendirian. Meskipun sudah disediakan tempat khusus untuk menggambar, tetap saja ia akan lebih senang memilih dinding, lantai, maupun sprei untuk dicoret. Sebenarnya hal ini wajar bagi anak seusianya, namun karena kami masih menumpang di rumah Kakek dan Neneknya yang kurang menyukai dinding penuh coretan, maka sebisa mungkin Mami selalu mengawasi Zee ketika sedang asyik dengan crayon.

“Mi, Dedek gambar ular. Ni komodo. Dinosaurus.” Celoteh si bocah sambil membuat coretan berwarna-warni. Bukan bentuk yang ia gambar, namun garis-garis lurus panjang, yang ia sebut ular, juga arsiran kecil-kecil yang menurutnya adalah komodo dan dinosaurus.

“Dedek sudah pintar gambar ya. Tepuk tangan!” seru Mami begitu Zee memamerkan hasil karyanya di depan Mami. Mendengar pujian dari Mami, ia tersenyum lebar, lalu kembali meneruskan kreasinya.

“Mi, Dedek coret sini ya? Ya?” Zee menoleh sebentar ke arah Mami sambil mencoretkan crayon ke atas sprei. Karena sudah berkali-kali ia menguji Mami dengan kelakuan jahilnya itu, serta Mami harus konsisten menerapkan komunikasi produktif, maka penggunaan kalimat 'jangan coret di situ' tidak lagi Mami gunakan untuk mengingatkan Zee.

“Dek, kalau gambar itu di buku gambar ya. Atau di papan tulis itu,” tunjuk Mami ke arah papan tulis yang tergantung di dinding kamar.

“Dedek sini aja gambar,” lanjut Zee dengan tangan terangkat, lalu perlahan turun hendak kembali mencoret sprei. Emosi Mami terpancing. Namun sekali lagi, Mami mencoba bersabar.

“Ini buku gambar Dedek kan masih kosong, jadi gambarnya di sini aja. Oke?” Mami membujuk perlahan. Zee menatap Mami cukup lama.

“Dedek mau digambarkan apa?” Jika tidak dialihkan segera, ia pasti akan tantrum dan tetap melakukan kemauannya untuk mencoret sembarang tempat.

“Panda Mami buatkan,” kata Zee.

“Oke, sini bukunya, biar Mami buatkan Panda.” Mami berkata sambil tersenyum. Zee mengangsurkan buku gambar bersampul merah muda ke hadapan Mami.

“Nanti lagi Dedek kalau mau gambar di buku ini ya. Kayak Mami nih,” ucap Mami.

“Iya,” jawab Zee cepat.

Kami melakukan aktivitas menggambar serta mencoret-coret buku hampir dua jam. Dan tak sekalipun Zee mencoret dinding maupun lantai. Sprei yang sebelumnya ia coret, tidak lagi terkena warna-warni crayon. 

Meskipun harus berkali-kali menjelaskan dan tidak selalu berhasil, serta tetap mendampingi aktivitas menggambarnya, penerapan komunikasi produktif cukup membantu kami. Mami belajar bersabar dan menghilangkan penggunaan kalimat negatif, sedangkan Zee belajar menangkap penjelasan Mami tentang sesuatu yang boleh ataupun tidak boleh dilakukan tanpa melibatkan emosi yang berujung tantrum.

Semangat ya, Zee. Mami yakin semakin besar nanti Zee akan lebih mudah mengerti makna dari setiap perkataan Mami.

Pancar Matahari Family

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...