Day 14
Rabu, 15 November 2017
Pagi-pagi sekali hari ini Zee terbangun. Sambil menunggu Mami salat subuh, ia bermain bersama Papi. Selepas itu, ternyata Zee mau tidur lagi. Mami mencoba mengajaknya keluar kamar, namun ia tidak mau dan merengek minta tidur lagi. Karena semalam si bocah tidur larut, akhirnya Mami membiarkannya kembali tidur.
Saat Zee tidur, Mami berkutat dengan urusan domestik. Pukul delapan lewat tiga puluh menit, Zee bangun. Mau Mami ajak mandi langsung, ia tidak mau. Dan setelah mengamati ekspresinya, Mami menyimpulkan sepertinya Zee mau buang air besar. Karena setiap malam hari Zee masih memakai diapers, Mami memberikan waktu kepada Zee untuk buang air besar dulu, sementara Mami memasak menu makan siang. Satu jam lebih Mami memasak sekaligus mencuci piring. Setelah itu, Mami membujuk Zee untuk langsung mandi. Ada sedikit drama, namun dengan lembut Mami terus membujuk, hingga akhirnya ia menurut tanpa merengek.
“Mi, Dedek mau nonton,” ucap Zee saat Mami sedang membalurkan minyak telon di sekujur tubuhnya.
“Oke. Tapi sekarang pakai baju dulu ya. Setelah itu nonton,” putus Mami dengan suara tegas. Zee menurut, meskipun sesekali ia bergerak ke sana kemari saat Mami tengah memakaikan baju.
“Dedek nyalakan tv ya, Mi.” Baru saja Mami akan beranjak menjemur handuk, Zee sudah berlari ke ruang tengah dan memencet tombol power. Adegan film kartun kesukaannya langsung terpampang di layar.
“Dek, nontonnya sebentar aja ya. Nanti kalau film Rubi udah selesai, kita tidur ya,” Mami mencoba menerapkan komunikasi produktif untuk membatasi waktu menonton televisi. Karena selama ini, Zee tidak mau menuruti permintaan Mami jika Mami berkata jangan lama-lama menonton tv.
“Iya,” ucap Zee cepat sambil memandang layar.
“Janji?” tanya Mami.
“Janji. Abis nonton kita tidur,” jawab Zee. Mami tersenyum sambil mengusap rambutnya. Oke, Zee. Mari kita lihat janjimu. Batin Mami.
“Dedek nontonnya dari jauh sini, Dek. Duduk sini.” Mami kembali mengingatkan Zee saat ia berdiri terlalu dekat dengan televisi. Hampir saja keceplosan berkata jangan dekat-dekat nontonnya, namun Mami langsung ingat materi katakan yang kita mau, bukan yang kita tidak mau. Jadi strategi diubah.
Tanpa menjawab, Zee berjalan mundur mendekati Mami dan langsung duduk di pangkuan Mami. Wah, jelas saja Mami terpukau. Jika diperhatikan, si kecil ini tidak memerhatikan ucapan Mami, namun rupanya ia mencerna kalimat yang Mami katakan. Hebatnya lagi, ia menuruti permintaan Mami. Sepertinya komunikasi produktif berhasil.
Selama satu jam lebih Zee menikmati film kartun kesukaannya, sambil sesekali minta diambilkan tempe goreng. Ia berlari keliling ruangan sambil sesekali menari mengikuti irama yang ia dengar, saat film yang ditontonnya menyuguhkan adegan menyanyi. Mami membiarkan Zee menonton saat harus menunaikan salat dhuhur.
“Mi, tidur lagi kita, Mi,” ucap Zee saat jarum jam menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh menit.
“Tidur lagi kita, Mi,” rengek Zee lagi karena belum mendapatkan tanggapan serius dari Mami. Biasanya Zee memang sangat jarang meminta tidur siang sendiri tanpa Mami bujuk terlebih dahulu.
“Dedek udah nontonnya. Tidur lagi kita.” Zee membawa botol air minumnya ke dalam kamar dan langsung berbaring di kasur. Mami tersenyum. Sepertinya ia mengingat janjinya sebelum Mami memberinya izin menonton televisi. Sungguh tidak diduga anak sekecil Zee bisa konsisten dan bertanggung jawab. Padahal jika diamati, ia terlihat cuek dan tidak memedulikan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Mami.
“Dedek udah pintar ya sekarang, mau tidur siang.” Pillow talk berlangsung sebentar sebelum si bocah terlelap. Deretan gigi mungilnya tampak dipamerkannya, menanggapi pujian Mami.
“Besok lagi kayak gitu ya nontonnya. Nonton sebentar aja, abis itu tidur siang,” lanjut Mami. Zee tidak menjawab dan hanya tersenyum. Meskipun begitu, Mami berharap ia memahami kalimat yang Mami ucapkan.
Di era digital dan modern seperti sekarang ini, pengaruh teknologi memang tidak bisa langsung kita musuhi begitu saja secara frontal. Mungkin dengan sedikit menyiasati, tetap memberikan kelonggaran yang disertai aturan yang tepat, merupakan solusi bagi orang tua yang tidak mau anak-anaknya terlena dengan kemajuan teknologi, namun tidak juga tergerus arus zaman karena begitu kuat menghindari teknologi. Semoga Zee seperti itu ya, Nak.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar