Day 13
Selasa, 14 November 2017
Pagi ini langit murung tiada henti. Gerimis membuat hawa dingin menyergap tulang dan persendian. Zee yang menyukai udara sejuk, jelas saja terlelap hingga hari beranjak siang. Hampir pukul sembilan ketika ia bangun dan mau meninggalkan kasur.
“Dedek mau makan sama Papi.” Melihat Papinya sedang sarapan sebelum berangkat ke kantor, ia pun langsung menghampiri meja makan. Si bocah tembam ini memang sangat manja sama Papinya. Bukan sekali dua kali ia suka minta makan sama Papi.
“Nasi Papi udah mau habis, Dek,” sahut Papi. Namun rupanya Zee tetap tidak mau tahu. Ia merengek. Papi memberinya dua suap nasi goreng sebelum akhirnya nasi di piring Papi benar-benar tak bersisa.
“Dedek mau lagi,” rengek Zee. Mami yang sedang berada di dapur langsung menyahut.
“Dek, Mami buatkan bubur oat mau?” Hahaha. Apalah Mami ni, mana tahu Zee oat itu apa kan? Mungkin begitulah ungkapan hati Zee kalau ia sudah bisa mengungkapkannya. Namun dugaan Mami salah.
“Mau, Mi. Dedek mau bubur.” What? Tidak salah dengar? Rupanya melihat bungkus oat, si bocah antusias dan langsung mengekori Mami yang sudah berdiri di depan kompor.
“Ya udah, Dedek tunggu sebentar ya. Duduk dulu ya.” Sambil menyalakan kompor setelah menuang oat ke dalam panci dan menambahkan air, Mami berkata ramah kepada Zee.
Beberapa menit kemudian, bubur oat matang. Zee yang tidak sabar, langung merengek.
“Mau, Mi! Dedek mau!” Ia menarik kaki Mami. Alhasil, Mami dan Zee langsung duduk saja di lantai depan kompor.
“Dek, buburnya masih panas. Tunggu sebentar ya, biar agak dingin.” Mami menjelaskan kepada Zee.
“Mau! Dedek mau!” Nah, tantrum si bocah mulai kambuh.
“Ya udah, coba makan. Buka mulutnya ya.” Daripada ia merengek, Mami sengaja membiarkam Zee merasakan panasnya bubur. Dan benar saja. Baru saja sendok masuk ke dalam mulut, ia mengeluarkan suapan pertama buburnya kembali.
“Panas, Mi. Dedek nggak mau,” ucap Zee. Mami tersenyum.
“Kan tadi Mami sudah bilang kalau buburnya panas. Jadi kita tunggu sebentar, biar agak dingin. Dedek minum susu dulu mau?” Mau mengalihkan perhatian Zee. Kebetulan juga si bocah mau.
“Dedek makan sendiri.” Sembari menarik mangkok bubur di tangan Mami, Zee merengek.
“Ya udah, Dedek pegang ni. Pelan-pelan ya makannya,” ucap Mami memberi instruksi. Baru dua sendok ia makan, kepalanya menggeleng.
“Dedek nggak mau lagi. Nggak mau,” kata Zee.
“Kenapa?” tanya Mami.
“Nggak mau,” ulang Zee. Mami tersenyum.
“Dedek mau sehat nggak?” Mami memancing Zee. Ia terlihat berpikir cukup lama, ia mengangguk.
“Mau, Mi. Mau.” Zee menjawab dengan penuh semangat.
“Nah, kalau mau sehat, kita sarapan oat ya.” Mami menjelaskan dan mata Zee langsung kembali menatap mangkok bubur.
“Mau, Dedek mau.” Zee kembali manuruti perkataan Mami.
“Dedek mau makan sendiri?” tanya Mami.
“Nggak mau. Mami suap Dedek. Panas,” jawab Zee cepat.
Mami akhirnya menyuapkan sesendok demi sesendok bubur oat ke dalam mulut Zee. Tak terasa, lebih dari separuhnya habis ia makan.
“Anak Mami pintar ya, udah tahu makanan sehat.” Mami memuji Zee sambil mengusap punggungnya. Ia tersenyum lebar.
Besok lagi ya, Zee. Kita belajar sarapan sehat, yuk!
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar