Senin, 13 November 2017

Cerita Zenitha Part 2

Sabtu, 30 September 2017


Bagi kami, akhir pekan adalah waktu yang selalu ditunggu. Karena setiap seminggu sekali, entah itu hari Sabtu atau Minggu, kami mempunyai jadwal outing. Kegiatan ini penting buat Zee, karena ia berkesempatan belajar di luar lingkungan rumah. Sebenarnya mulai Jumat malam, Zee udah bilang mau main perosotan, dan tempat main perosotan terdekat dengan tempat tinggal kami adalah di UNRI. Tapi biasanya tiap akhir pekan, di sana ramai. Susah kalau mau main karena harus bergantian dengan anak-anak lain, dan seringnya Zee jadi tidak ingin main lagi. Akhirnya kami memutuskan mengajak Zee ke Transmart untuk naik wheel dan odong-odong mobil, wahana favoritnya kalau lagi main di sana.

“Nanti malam kita naik wheel ya, Dek.” Mami mulai sounding ke Zee sejak pagi. Zee tertawa dan bilang mau. Kalau mau mengajak Zee pergi jalan, Mami memang harus memberitahunya sejak pagi, agar ia mau tidur siang. Entah bagaimana caranya ia bisa memanajemen waktu tidurnya sendiri di usia sekecil ini, tapi faktanya setiap kami menjadwalkan akan pergi jalan sore atau malam hari, Zee pasti akan merengek minta tidur siang sekitar jam satu sampai jam dua siang. Dengan sendirinya ia akan bangun tepat jam tiga atau saat salat ashar. Tetapi jika kami tidak menjadwalkan kegiatan di luar rumah saat sore hari, ia baru akan tidur saat sudah jam tiga atau empat sore, dan mengoptimalkan waktu siang untuk bermain.

Setelah memberitahu Zee tentang rencana outing sore nanti, Mami menawarkan sarapan kepada Zee. Alih-alih mau makan nasi, ia memilih untuk makan nanas, salah satu buah favoritnya. Mami memotong kecil-kecil buah nanas dan meletakkannya di mangkok kecil tempat biasa Zee makan.

“Dedek makan sendiri.” Tepat saat Mami akan menyuapkan potongan pertama, Zee memaksa untuk makan sendiri. Oke. Mami harus mengalah dan rela membiarkan ia bereksplorasi dengan konsekuensi potongan makanan pasti akan berceceran di lantai. Akhirnya Mami membiarkan Zee makan di depan televisi. Ia menonton serial kartun Shaun the Sheep. Meskipun sebenarnya Mami ingin meminimalisir asupan tayangan televisi pada Zee, namun karena kondisi lingkungan yang belum memungkinkan, idealisme itu harus dikesampingkan.

“Ada berapa kambingnya, Mi?” Sambil makan nanas, ia bertanya.

“Coba hitung, ada berapa.” Mami memang belum mengajarkan berhitung kepada Zee, namun sedikit banyak ia sudah mengerti tentang konsep berhitung dan jumlah benda.

“Dua.” Dan dua adalah jawaban favoritnya saat Mami bertanya jumlah benda apapun yang ia lihat.

“Ah, yang benar? Emang iya dua?” Mami kembali bertanya. Zee terlihat bimbang sambil menatap Mami, sesekali kembali melihat layar televisi.

“Tiga.” Tiga adalah jawaban favorit kedua setelah dua. Dan kebetulan untuk pertanyaannya kali ini, jawabannya adalah tiga.

“Hitung dulu yang betul, Dek.” Mami menguji kembali.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh.” Dan Mamipun tertawa. Zee memang belum paham jika disuruh menghitung. Di angka berapa ia harus berhenti, ia belum tahu. Dan Mami memang sengaja belum berniat membetulkan kesalahan yang ia buat. Pokoknya kalau disuruh menghitung, ia akan langsung menyebut angka satu sampai sepuluh, tapi selalu melewatkan angka enam. Setelah lima, lompat ke angka tujuh.

Setelah cukup lama, akhirnya nanas di dalam mangkoknya habis. Meskipun sempat dibuat berserakan di lantai, ia kembali mau memungutnya satu persatu setelah Mami bilang nanti Allah sayang kalau makanannya dikumpulkan lagi.

“Dedek main, Mi.” Zee membalik mangkok yang sudah kosong. Tangan kanannya masih memegang sendok. Lalu dengan senyum terkembang, ia memukul mangkok.

“Ha, bunyi!” Zee memekik. Ia kembali memukul mangkok seperti  sedang bermain alat musik. Permainan ini memang salah satu favoritnya. Biasanya ia akan menggunakan kaleng-kaleng bekas minuman untuk digunakan sebagai alat musik mainan.

Bagi kami, belajar itu sederhana. Tidak harus mengajarkan teori rumit secara formal. Lewat aktivitas makan pagi hari ini, Zee juga sudah mempelajari sesuatu yang tidak menyimpang dari kurikulum yang kami terapkan. Ia belajar makan sendiri, termasuk ke dalam belajar kemandirian dan life skill. Ia juga belajar self esteem, tentang panca indera. Karena nanas yang dimakannya baru dikeluarkan dari dalam lemari es, ia beberapa kali bilang kalau buah tersebut dingin. Zee juga belajar art dan pretend play dengan menjadikan mangkok kosong sebagai alat musik mainan. Ia bahkan secara tidak langsung sudah mempelajari materi math/reasoning saat menanyakan tentang jumlah kambing dalam film yang ia tonton. Mengetahui nama hewan dan buah juga merupakan salah satu pembelajaran materi natural science. Menghabiskan makanan serta tidak membiarkan makanan berserakan di lantai juga salah satu pembelajaran tentang konsep bersyukur kepada Allah. Ia belajar agama, belajar mencintai Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...