Minggu, 12 November 2017

Sandal Baba



Day 12

Senin, 13 November 2017

Pagi ini Zee bangun pukul 04.00, karena semalam ia tidur sebelum jam dua belas. Mami pikir ia mau diajak tidur lagi hingga usai salat subuh. Rupanya dugaan Mami salah. Setelah si bocah sibuk bermain botol air minum dengan menumpahkan isinya ke kasur, ia pun meminta Mami menyalakan lampu.

“Mi, hidupkan lampu, Mi.” Zee meminta dengan sedikit rengekan.

“Emang Dedek mau ngapain?” tanya Mami.

“Dedek mau baca. Mami ambilkan buku.” Zee menjawab dengan mata berbinar.

Akhirnya Mami menuruti keinginannya, alih-alih berkata jangan. Sembari menunggu Mami salat, Zee sibuk membuka-buka buku di atas kasur. Hingga tiba-tiba ia berkata.

“Makan nasi kita, Mi. Masak kita.” Dengan cengiran kecil, Zee menatap Mami.

Mami menuruti kemauan Zee. Dengan sekali membujuk, Mami berhasil mengajak Zee ikut ke dapur. Ia meninggalkan buku-bukunya. Selesai masak, Mami menyuapi Zee sarapan. Sambil sesekali si aktif itu bermain dengan lego dan peralatan masak-masakan. Setelah selesai, Mami membiarkan Zee bermain sendiri karena akan menyapu halaman dan dalam rumah.

“Mi, Dedek ambil sepatu, Mi.” Zee berjalan ke arah Mami sambil menenteng dua pasang sepatu boot miliknya. Dengan cekatan, ia menyusun sepatu-sepatu yang dibawanya ke atas rak tv. Lalu Zee kembali berlari.

“Mi, Dedek pakai sandal Baba.” Baba adalah panggilan Zee untuk Abang sepupunya. Sepasang sandal merah bertali sudah melekat di kakinya.

“Dek, kalau mau pakai sandal itu di luar rumah.” Mami menjelaskan kepada Zee. Ia hanya memandang Mami.

“Bukan dipakai di dalam rumah ya. Nanti kotor.” Mami kembali melanjutkan ucapannya.

“Lepas sandal Baba itu ya.” Dengan halus Mami memintanya melepas sandal Babanya. Namun bukannya diletakkan kembali ke rak sepatu, malah dibiarkan begitu saja di ruang tengah.

“Dek, sini.” Mami memanggil Zee yang tengah asyik membongkar crayon. Meskipun masih kecil, ia harus belajar bertanggung jawab.

“Tadi siapa yang ambil sandal Baba ni?” tanya Mami.

“Dedek, Mi,” jawab Zee cepat.

“Terus kenapa nggak dibalikin lagi?” Mami memancingnya agar belajar mengungkapkan perasaan.

“Di mana letak sandal, Dek?” Karena Zee hanya memandang Mami bengong, Mami kembali melanjutkan pertanyaan.

“Rak sepatu,” jawab Zee lagi.

“Nah, kalau gitu, sekarang Dedek susun lagi sandal Baba di rak sepatu ya.” Mami berjongkok di depan Zee sambil memberikan kode dengan mata agar ia mengambil sandal yang berserak di lantai ruang tengah.

Zee berlari sambil membawa sandal Baba. Mami mengikuti di belakang, dan melihatnya dari pintu. Rupanya meskipun tidak menjawab, si bocah langsung menyusun sandal dengan rapi, tepat di tempat semula.

“Udah, Mi!” pekik Zee sambil berjalan menghampiri Mami.

“Anak pintar udah pandai susun sandal sendiri ya sekarang,” puji Mami, membuat Zee meringis kegirangan. Ia pun melanjutkan aktivitas bermain, sementara Mami sibuk dengan urusan bersih-bersih rumah.

Mungkin begitulah anak-anak. Kadangkala ia terlihat tidak memahami apa yang orang tuanya bicarakan, namun nyatanya, otak cerdasnya sebenarnya menangkap maksud yang disampaikan oleh mereka. Orang tua hanya perlu bersabar, berkali-kali menjelaskan dengan kalimat sederhana agar mudah dimengerti. Tetap semangat ya, Zee. Besok kita lanjutkan lagi penerapan komunikasi produktifnya.

Pancar Matahari Family

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...