Selasa, 3 Oktober 2017
Hari ini merupakan hari spesial bagi kami. Setelah melewatkan momen ulang tahun Zee yang kedua tanggal 28 September kemarin, hari ini kami melakukan sesuatu sebagai rasa syukur kami atas bertambahnya usia Zee. Pagi-pagi mami sibuk di dapur, memasak nasi kuning dan teman-temannya. Bukan untuk sebuah perayaan, tetapi untuk kami makan sekeluarga. Zee bermain di belakang menunggu mami selesai masak. Mulai dari bermain lilin bersama papi, hingga main doh dan crayon.
Pukul 09.30, mami selesai masak. Kamipun makan bersama setelah sebelumnya berdoa kepada Allah, memohon semua kebaikan untuk Zee.
“Makan, Dek.” Papi mengajak Zee yang sibuk dengan mainannya untuk makan. Ia menggeleng.
“Zee, lihat nih nasi mami. Warna apa nasinya?” Mami memancing rasa ingin tahu Zee. Dan betul saja, ia langsung menoleh, melihat nasi dalam piring mami.
“Yellow. Nasi yellow.” Zee berkata nyaring. Mami tertawa.
“Namanya nasi kuning. Bukan nasi yellow.” Mami membetulkan. Sepertinya Zee memang suka berbicara dengan kosakata campuran seperti itu.
Setelah makan, Zee kembali bermain. Papi pun pergi ke kantor. Dan seperti biasa, kamar adalah ruangan favoritnya untuk membongkar semua mainannya dan membuatnya berserakan.
“Ibu pergi dulu ya, Bu.” Kata Zee sambil memasukkan mainan ke dalam tas plastik kecil. Ia memang paling suka aktivitas pretend play, dan menyebut dirinya 'ibu'. Udah merasa ibu-ibu kali ya. Setelah selesai memasukkan mainan ke dalam tas, ia melenggang keluar kamar sambil menenteng tas di tangan.
“Udah. Dedeknya udah pergi.” Zee kembali masuk ke dalam kamar.
“Mau main apa lagi?” Mami bertanya. Zee mengambil kotak obat dari mainan dokter-dokteran. Lalu tanpa mami duga, ia juga mengambil kerincingan berbentuk ikan, mainannya waktu masih bayi.
“Dedek nyanyi ya, Mi.” Zee berteriak. Dan belum sempat mami menjawab, ia sudah berlari keliling-keliling kamar, naik turun kasur, sambil berdendang.
“Twinkle twinkle little star, how i wonder what you are.” Dengan pelafalan yang belum terlalu jelas, Zee menyanyikan lagu Twinkle Twinkle sambil memainkan kerincingan dan bergerak ke sana kemari. Mami hanya mengamati sambil sesekali ikut bernyanyi dan bertepuk tangan.
Puas bernyanyi, ia pun lanjut bermain doh. Dicetaknya bentuk kupu-kupu, bebek, gajah, dan orang-orangan (ia sebut superman), lalu dimasukkan ke dalam kotak doh.
“Dedek masak, Mi.” Dengan cekatan tangannya memotong-motong aneka bentuk yang sudah dicetak, lalu dimasukkan kembali ke dalam kotak doh.
“Dedek kasih saos, Mi.” Sambil pura-pura menuang sesuatu dari botol shampo yang sudah kosong.
“Suap Mami.” Akhirnya ia pun menyendok potongan doh dan pura-pura menyuapkannya ke mulut mami.
Aksi main berlangsung sampai makan siang, dan masih berlanjut setelahnya. Pukul tiga sore ia baru tidur, dan bangun sekitar pukul empat lewat lima belas menit. Setelah itu, Zee melihat mami, papi, dan baba Kaka (panggilan untuk abang sepupunya) membagikan kue kepada teman-teman main baba. Sore ini aktivitas Zee ditutup dengan mandi pada pukul 17.30, tentunya setelah melewati aksi drama seperti biasa. Entah mengapa semenjak umur satu setengah tahun, Zee sangat susah untuk diajak mandi. Padahal waktu bayi, ia justru paling semangat untuk mandi.
Setelah salat magrib, seperti biasa, papi mengajar Zee mengaji.
“Dedek ngaji surat apa?” Tanya papi. Zee membuka-buka juz amma.
Sesuatu yang membuat mami dan papi takjub adalah, setelah usianya melewati satu setengah tahun, Zee bisa menghafal letak setiap surat dalam juz amma-nya. Padahal jelas-jelas ia belum bisa membaca. Mungkin itulah yang disebut membaca dengan otak kanan, menghafal berdasarkan bentuk atau gambar. Entahlah, tapi kenyataannya Zee bisa langsung menunjuk dan mencari sendiri setiap surat yang ingin dibacakan. Ia juga sudah menghafal satu hingga tiga ayat masing-masing surat dalam juz amma. Khusus al fatihah, ia hafal keseluruhan ayat meskipun belum terlalu jelas pelafalannya.
Mengamati tumbuh kembang Zee, membuat mami dan papi takjub akan keajaiban-keajaiban kecil yang sering terjadi tiba-tiba dalam dirinya. Sejak bayi, pola perkembangannya memang sedikit berbeda dengan anak-anak normal seusianya. Dan jika dilihat secara awam, mungkin ia akan tampak seperti anak nakal, bandel, lasak, tidak mau tidur, cerewet, dan lain sebagainya. Tetapi sebagai orang tua, kami percaya bahwa itulah anugerah yang diberikan oleh Allah kepadanya. Dan kami harus terus mengamati dengan detail setiap aktivitas yang ia lakukan agar nantinya bisa membantunya terus berkembang, bahkan saat lingkungan di luar rumah kurang menerimanya sekalipun. Karena kami tidak pernah tahu akan jadi seperti apa Zee kalau sudah besar nantinya, maka sebagai orang tua, kami harus selalu mempersiapkan diri, menyediakan pelukan terhangat, untuk tempatnya pulang setiap saat.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar