Rabu, 4 Oktober 2017
Semasa Zee bayi, mami sudah membiasakannya untuk membaca buku. Dimulai sejak ia berusia sembilan bulan. Berbagai macam buku mami berikan, dan ia bisa membacanya kapanpun, tidak mengenal waktu. Kadang di tengah malam buta, saat mami dan papi sudah sangat mengantuk, ia bisa merengek minta dibacakan buku. Tetapi ternyata fase duduk diam sambil membaca buku itu berhenti saat usianya mendekati dua puluh bulan. Awalnya mami merasa sedih karena berpikir kecintaan Zee terhadap buku menghilang begitu saja. Namun lama kelamaan, saat mami mengamati perkembangan Zee, mami menyimpulkan, mungkin memang ada fase-fase di mana anak akan lebih menyukai aktivitas yang dinamis, dibanding statis.
Saat ini, Zee lebih suka bermain dengan berbagai macam jenis permainan. Dan kecintaannya akan buku masih tetap sama, hanya intensitas membaca hariannya saja yang jauh berkurang. Ia masih melihat buku dan membaca ala Zee dengan mata berbinar-binar.
Siang ini, saat mami tengah sibuk di dapur, Zee bermain dengan mainan alfabetnya. Bukan disusun, tetapi diserak kemana-mana. Di ruang tengah, di kamar, bahkan di dapur. Kemudian ia berlari-lari sambil sesekali menyanyi. Lalu tiba-tiba terdengar suaranya dari arah ruang tengah.
“Astaghfirullahalazim. Dedek jatuh.” Mami langsung setengah berlari dari arah dapur, dan mendapati Zee tertawa. Ah, rupanya ia tengah bermain. Mamipun tersenyum, dan belum membetulkan fungsi kalimat istighfar yang ia ucapkan. Biarlah nanti ada saatnya ia mendapatkan penjelasan. Yang terpenting sekarang ia mengenal Allah dulu.
Sore harinya begitu papi pulang, ia minta menggambar. Dan tidak tanggung-tanggung, tanpa takut, ia naik ke atas kursi, lalu dengan bersusah payah merangkak ke atas meja.
“Buat panda, Pi.” Zee merengek kepada papi. Dan papipun menuruti permintaan Zee. Dilanjutkan dengan membuat gambar awan, dan lain sebagainya.
Malam harinya, saat ia tengah menonton video di youtube, tiba-tiba langsung menghampiri papi yang tengah menggambar menggunakan laptop.
“Dedek mau ketik.” Sepertinya laptop memang selalu lebih menarik bagi Zee dibandingkan smartphone.
“Tunggu, biar Mami buka dulu ni.” Mami membuka microsoft word, dan mengatur huruf dengan ukuran besar serta berlainan warna.
“Sini, Dedek ketik sini.” Mami berkata kepada Zee. Dan dengan cepat, tangan kecilnya menari-nari tanpa beraturan di atas keyboard.
“Dek, ini warna apa?” tanya mami.
“Pink.” Dengan cepat Zee menjawab.
“No.” Mami menyahut. Karena memang yang dilihatnya bukan warna pink. Wajar saja jika ia masih salah dalam mengenali warna, dan mami tidak akan memaksanya untuk segera bisa.
“Red.” Setelah berpikir lama, akhirnya Zee bisa menyebutkan warna yang salah tadi.
“Ini warna blue. Ini yellow. Ini black.” Satu persatu warna ia sebutkan dengan benar.
“Pintar Dedek. Tepuk tangan.” Mami tersenyum dan bertepuk tangan. Betapa pujian adalah yang sangat penting bagi anak seusia Zee.
“Dedek nggak mau ketik lagi, Mi. Dedek mau gambar.” Zee memang gampang bosan dengan satu aktivitas saja.
“Ya udah, sama papi aja.” Mami berkata. Akhirnya papi membuka corel draw.
“Sini, Dedek gambar balon.” Kata papi.
“Ini apa namanya?” Zee bertanya sambil menunjuk layar.
“Corel.” Jawab mami.
“Kolek.” Sambil meringis ia menirukan ucapan mami.
“Kolek.” Diulanginya lagi. Sontak mami dan papi tertawa.
“Bukan kolek. Corel.” Mami membetulkan.
“Kolel.” Zee mengikuti sambil melihat gerakan bibir mami.
“Pintar.” Kata mami.
Aktivitas Zee malam ini berakhir hingga pukul dua belas. Mami dan papi bersyukur karena Zee tertarik dengan banyak hal. Dan kehadiran teknologi menurut kami tidak harus dihindari dengan ekstrim. Asalkan penggunaannya tepat dan memberikan manfaat positif, tidak ada salahnya dijadikan sebagai alat dan media pembelajaran. Seperti yang Zee lakukan, ia belajar tentang sopan santun dan adab terhadap orang yang lebih tua, harus menghabiskan makanan agar tidak mubazir, menyayangi teman, itu semua lewat video animasi Omar dan Hana yang ia tonton lewat youtube. Dunia yang terus berubah tidak bisa kita hindari. Yang harus kita lakukan adalah ikut bergerak dinamis agar tidak tergerus zaman. Happy learning and exploring, Zee.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar