Sabtu, 11 November 2017

Kotak Papi


Day 10

Sabtu, 11 November 2017

Hari kesepuluh di tantangan level 1 kelas Bunda Sayang IIP ini semangat Mami dan Zee masih membara. Mudah-mudahan bisa konsisten menerapkan komunikasi produktif hingga masa tantangan selesai.

Pagi ini Mami menyelesaikan urusan dapur sebelum Zee bangun. Jika biasanya hanya memasak untuk sarapan saja, kali ini Mami memasak menu makan siang sekaligus. Pukul delapan lewat si bocah bangun. Seperti biasa, ia langsung minta buku gambar dan crayon. Mami biarkan Zee bermain dengan warna sebelum mandi.

Aktivitas mandi pagi hari ini tidak terlalu banyak drama. Dengan sendirinya Zee mau menggosok gigi serta tidak perlu waktu lama untuk membujuknya agar segera masuk ke kamar mandi. Mungkin karena sebelumnya ia sudah Mami berikan waktu bermain sebentar. Selepas mandi, bahkan saat Zee belum memakai baju, ia sudah sibuk meraih mainan di dalam kotak, dan langsung membongkarnya.

“Mi, Dedek pakai sepatu.” Setelah selesai memakai baju, Zee berlari ke arah ruangan samping untuk mengambil sepatu boot di rak sepatu. Si kecil aktif ini memang terlihat menyukai fashion. Sesekali ia akan bergaya mengenakan sepatu serta topi pantai warna merah muda favoritnya.

“Dedek mau ke mana?” tanya Mami.

“Dedek mau pergi jalan.” Sambil kembali berlari setelah Mami memakaikan sepatu, Zee berteriak menyuarakan keinginannya. Mami menggelengkan kepala. Zee dan pergi jalan memang dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

“Ini siang, Dek. Panas. Kalau panas kita di rumah aja biar nggak sakit.” Mami mencoba menjelaskan secara simple. Ia memandang Mami, lalu kembali berlari.

“Dedek main ajalah.” Entah karena ia mengerti perkataan Mami sebelumnya atau tidak, tetapi kata-kata jalan sudah tidak ia dengungkan lagi.

“Dedek ambil kotak, Mi.” Mami langsung berjalan cepat menghampiri Zee. Eh, rupanya krucil ini sudah meraih prototype kotak desain produk karya Papinya. Hampir saja Mami terlepas dan mengeluarkan kata jangan. Untung saja seketika langsung teringat materi yang sedang diterapkan dalam komunikasi sehari-hari. Mami berjalan mendekati Zee.

“Dek, itu kotak Papi.” Mami berkata ramah dan memberikan jeda sejenak sebelum kembali melanjutkan.

“Kotak itu buat kerja ya, Dek. Bukan buat main.” Mami melanjutkan. Zee menghentikan gerakan tangannya.

“Dedek mau main kotak? Yuk kita ambil kotak di tempat mainan Dedek.” Zee memandang Mami sangsi. Sepertinya ia tahu jika Mami hanya berusaha mengalihkan perhatiannya.

“Dedek mau buat kotak kayak punya Papi?” Mami memancingnya. Binar mata Zee menjawab pertanyaan Mami.

“Mau!” Pekik Zee. Mami tersenyum sambil mengelus punggung bocah dua tahun itu.

“Nanti kalau Dedek udah umur tiga tahun, kita buat kotak kayak punya Papi ya. Mau?” Bukannya Mami tak mau mengajak Zee crafting saat ini, namun melihat uji coba yang beberapa kali kami lakukan, sepertinya masanya belum tepat. Apalagi yang melibatkan gunting dan benda tajam lainnya, masih harus dijauhkan dari jangkauan Zee. Ajaibnya, si bocah mengerti.

“Mau. Dedek mau buat kotak umur tiga tahun.” Mami mengangguk sambil tetap tersenyum.

“Iya, nanti kita buat ya. Sekarang umur Dedek berapa?” Mami bertanya. Zee terlihat berpikir.

“Umur Dedek sekarang dua ta ...,” Mami menggantung ucapan.

“Dua tahun.” Zee menimpali. Mami tepuk tangan, mengapresiasi kepintaran Zee.

“Ya udah, sekarang kita main yang lain yuk. Kotak Papi buat apa tadi, Dek?” Mami sengaja mengingatkannya, berharap Zee membiarkan kotak itu aman berada di atas meja, tidak ia jamah lagi.

“Bukan buat main. Itu kotak Papi. Buat kerja,” ucap Zee riang sambil tersenyum. Mami tersenyum sambil kembali bertepuk tangan. Kami pun bermain dengan mainan lainnya. Zee memilih bermain lompat-lompat sambil sesekali belajar bergelantungan di teralis jendela.

Kadangkala, kita sebagai orang tua, terlalu dini menyimpulkan jika seorang anak kecil tidak mungkin memahami penjelasan yang kita jabarkan. Namun rupanya, penilaian kita tidak selalu benar. Yang harus kita lakukan adalah belajar menjelaskan sesuatu yang rumit menjadi kalimat sederhana yang mudah diterima seorang anak. Meskipun belum sepenuhnya mengerti, akantetapi otak anak pasti merekam penjelasan kita. Berdasar hasil observasi tersebut, sepertinya Mami memang harus lebih banyak belajar lagi. Semangat!

Pancar Matahari Family

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...