Jumat, 23 Februari 2018

All I Need is Grateful to Allah

Jumat, 23 Februari 2018

Tantangan level 4 kelas Bunda Sayang Batch #3 usai sudah. Selama lima belas hari, sebagai orang tua, saya melakukan pengamatan terhadap gaya belajar Zee. Usianya yang masih di bawah tiga tahun menjadikan pengamatan yang saya lakukan menjadi penuh tantangan. Karena untuk anak seusia Zee, rentang waktu konsentrasinya belum panjang. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap gaya belajarnya.

Berdasar pengamatan yang saya lakukan, Zee masih menggabungkan antara visual, auditory, sekaligus kinestetik dalam aktivitas yang ia jalani. Seringkali Zee sibuk dengan lego maupun puzzle, namun dalam waktu bersamaan ia juga melihat video dan kadangkala membaca buku. Nah, jika kebanyakan anak akan menggabungkan dua gaya belajar, lain halnya dengan Zee. Si bocah ini, sembari sibuk dengan lego maupun puzzle serta buku dan video, ia juga mengajak saya berdiskusi, meminta saya bercerita tentang apapun yang ingin ia ketahui.

Karena saya juga termasuk sebagian kecil orang dengan gaya belajar campuran lebih dari dua hingga saat ini, jadi kejadian yang saya temui saat melakukan pengamatan terhadap Zee tidak lantas membuat saya kebingungan. Saya tidak mempermasalahkan hal tersebut karena hingga saat ini keunikan yang dimiliki oleh Zee justru membuat perkembangan kecerdasannya melejit maksimal.

Sebagai orang tua, saya hanya harus bersyukur kepada Allah. Berbesar hati dengan keunikan yang dimiliki oleh Zee, dan tidak berhenti melakukan pengamatan hingga ia besar nanti.

Terima kasih IP karena memfasilitasi peserta kelas dengan tantangan level 4 ini. Semoga di tantangan selanjutnya bisa lebih maksimal lagi.

Pancar Matahari Family

Rabu, 21 Februari 2018

2 + 2

Salah satu kebiasaan Zee menjelang tidur adalah minta dibacakan buku cerita. Biasanya, Papi yang melakukannya, namun semalam ia memilih membaca bersama Mami karena melihat Papi sibuk di depan laptop.

Seperti biasa pula, ia tidak akan serta merta diam mendengarkan suara Emaknya sambil berbaring. Yang terjadi adalah mulut kecilnya itu sibuk berceloteh, melebihi jumlah kata yang tertulis dalam buku.

Hingga sampailah kami di suatu kalimat yang menceritakan tentang seorang anak sedang duduk di bangku kayu, mendengarkan penjelasan gurunya di depan kelas. Di situ terdapat gambar papan tulis dengan angka 2 + 2 tercetak jelas.

“Ini gambar apa, Mi?” tanya Zee.

“Itu gambar papan tulis. Abangnya sedang belajar penjumlahan.” Mami menjelaskan.

“Apa tu?” Si bocah rupanya belum mengerti maksud kalimat Mami.

“Penjumlahan itu tambah tambah. Lihat tu, angka berapa yang digambar tu?” Mami mulai  menjelaskan dengan memakai bahasa ala-ala.

“Angka two,” jawab Zee. Si bocah ini memang sering memakai bahasa Inggris ketika menyebut angka dan huruf.

“Kalau bahasa Indonesianya angka two apa?” Dan Mami harus rajin membuatnya paham terjemahan dari kata yang diucapkannya dalam bahasa Inggris tersebut.

“Dua.” Zee memang sudah bisa menyebut angka menggunakan bahasa Indonesia, meskipun sangat jarang ia lakukan.

“Nah, tambah tambah itu kayak yang kita lihat itu. Dua ditambah dua,” kata Mami sembari menggerakkan jari tangan, menunjukkan dua jari terlebih dahulu kemudian dua lainnya menyusul hingga berjumlah empat.

“Nanti kalau sudah besar, Dedek belajar tambah tambah ya. Mau?” Penjelasan cukup sampai di sini. Si bocah terlihat berpikir saat mendengar pertanyaan Mami.

“Dedeknya mau tumbuk aja. Tumbuk cabe,” ucap Zee. Emaknya pun melongo. Apa hubungannya coba??

“Dedek nggak mau belajar tambah tambah, mau tumbuk cabe aja,” lanjut Zee. Dan seketika Emaknya pun tertawa. Eh dasar bocah, kalau ada guru matematika dengar, bisa gawat nih.

Namun begitulah Zee, ia justru tersenyum dan bercerita jika suka menumbuk cabai. Aih, masa iya si kecil ini lebih tertarik sama bawang, merica, dan bumbu dapur lainnya sih? But, it's ok, Zee. Emakmu ini tidak akan memaksamu menyukai angka kok. Toh lewat cabai, bawang, dan sebagainya pun bisa belajar menghitung.

Mungkin begitulah anak-anak. Adakalanya ia bisa menyuarakan sesuatu yang tidak disukainya, adakalanya ia hanya memilih diam. Tetapi berhati-hatilah, karena diam belum tentu tanda ia menyukai suatu aktivitas. Bisa jadi, karena si bocah merasa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan suara hatinya.

Tetaplah menyukai menumbuk cabai ya, Zee. Karena Emakmu ini tidak akan mengungkung dirimu dengan angka-angka dan kerumitan lainnya. Emakmu tidak akan membuatmu melepas kesenangan hanya untuk memenuhi tuntutan sosial. Karena sejatinya, belajar bisa dilakukan dalam semua aktivitas yang kita lakukan.

#ceritazenitha
#2y4m
#homeeducation
#fitrahbelajardanbernalar
#passion
#status_inspirasi
#rumbel_menulis_ip_pekanbaru

Kamis, 15 Februari 2018

Lingkaran Kecil dan Mami Finger

Kamis, 15 Februari 2018



Day 15

Hari ini genap lima belas kali Mami mengamati gaya belajar Zee. Dan seperti biasa ia juga belum menunjukkan satu gaya yang dominan.

Malam ini Zee yang diajak tidur langsung menolak. Ia malah sibuk mengambil crayon dan mainan huruf dan angka dari plastik. Zee memilih salah satu crayon dan mencoret papan tulis kecil di kamar.

“Mi, lihat Dedek, Mi,” ujar Zee. Mami menoleh.

“Dedeknya gambar, Mi,” lanjut Zee.

“Gambar apa Dedek tu?” tanya Mami.

“Gambar lingkaran ni. Lingkaran kecil,” jawab Zee cepat.

“Mami gambarkan buku,” pinta Zee. Tanpa banyak kata, Mami mengikuti permintaan bocah aktif ini. Ia memerhatikan Mami, lalu bertepuk tangan saat Mami menyelesaikan goresan crayon di atas papan tulis.

Mami pikir Zee akan bertahan lama bermain crayon dan menggambar. Rupanya dugaan Mami meleset. Tiba-tiba saja Zee yang semula sibuk dengan crayon di tangan, meninggalkan sisi papan tulis dan bergeser ke arah kasur.

“Brown color. Yellow color. Blue color,” ucap Zee sambil menyusun crayon dan menatanya ke dalam tempat.

“Mi, Mami nyanyikan lagu Mami finger. Gimana tu, Mi?” Nah, dari visual, kinestetik, tiba-tiba ia memerlukan unsur auditory saat sedang belajar. Mami mengikuti permintaan Zee dan ditirukan langsung olehnya setiap kata dari lirik lagu yang Mami nyanyikan. Ah, dasar bocah. Belajar kok gayanya loncat-loncat begitu.

Pancar Matahari Family

Rabu, 14 Februari 2018

Gaya Belajar Visual

Rabu, 14 Februari 2018



Day 14

Jika kemarin Mami mencoba mengerucutkan gaya belajar Zee dengan cara mengajaknya melakukan aktivitas yang melibatkan unsur kinestetik, hari ini Mami mencoba memancing sisi visual si bocah. Mami mencoba mengajaknya membaca buku dan menonton video, sambil menengok, berapa lama ia bisa bertahan dengan aktivitas tersebut tanpa melibatkan unsur auditory maupun kinestetik secara bersamaan. Dan jawaban yang Mami dapatkan menunjukkan jika ternyata Zee tetap seperti kemarin, belum menunjukkan satu gaya belajar yang dominan.

Saat Mami mengajak Zee membaca kemudian menonton video, ia hanya bertahan beberapa menit sebelum akhirnya membagi perhatiannya dengan mainan plastik berbentuk abjad dan angka, serta pertanyaan-pertanyaannya seputar gambar yang ada di dalam buku. Saat menonton video, ia juga mengajak Mami mengobrol sambil menirukan gerakan tarian di dalam layar laptop. Ah, si bocah ini belum berubah ternyata. Mungkin memang karena usianya belum genap tiga tahun, maka gaya belajar yang ditunjukkannya belum tetap di salah satu. Tak mengapa, besok kita amati lagi ya, Zee.

Pancar Matahari Family

Selasa, 13 Februari 2018

Tulisan Rahasia Jeruk Nipis

Selasa, 13 Februari 2018



Day 13

Setelah hari keduabelas kemarin Zee melakukan eksperimen yang diselingi dengan melihat gambar di buku dan cerita-cerita dari mulut Mami, hari ini ia meminta hal yang sama. Karena kali ini kami berencana bermain dengan cahaya lilin, maka eksperimen dilakukan malam hari. Namun, bukan Zee namanya kalau tidak menagih janji sejak pagi.

“Mi, Dedek mau buku. Eksperimen kita yuk, Mi.” Begitu bangun tidur, Zee langsung meminta buku dan menagih janjinya.

“Nanti malam ya,” kata Mami.

“Dedek baca lah,” ucap Zee karena tidak dapat membujuk Mami untuk melakukan eksperimen.

“Ya udah, Dedek baca aja. Di samping ya, nanti Mami ke situ,” sahut Mami.

Lalu Zee sibuk membuka buku dan pura-pura seolah benar-benar mengerti huruf demi huruf yang terpampang di tiap halaman. Ketika menemukan gambar, Zee akan menceritakan gambar tersebut sesuai imajinasinya.

“Mi, bacakan, Mi. Mami bacakan bukunya,” kata Zee. Meskipun awalnya Mami sengaja membiarkan ia melatih gaya visual, rupanya si bocah ini butuh suara Mami. Ya, Zee memang suka melihat gambar atau bahan visual lainnya dengan dibarengi sesuatu yang berkenaan dengan auditory. Maka mengalirlah kalimat demi kalimat dari mulut Mami, bersamaan dengan mata Zee yang sibuk memindai gambar demi gambar di dalam buku.

Malam harinya, sesuai janji, kami melakukan eksperimen. Kali ini kami akan menulis sebuah kata menggunakan air perasan jeruk nipis di atas kertas. Setelah itu, kertas didekatkan ke lilin yang sudah menyala, agar tulisan yang semula tidak terlihat menjadi terlihat.

“Dedek yang tulis, Mi. Dedek bisa tulis,” pinta Zee saat Mami sudah menuliskan huruf demi huruf di atas kertas. Akhirnya Mami menyerahkan cotton bud kepada Zee, dan ia mulai ikut menggoreskan kapas kecil tersebut, mengikuti jejak yang sudah Mami buat sebelumnya.

“Mi, bukunya mana?” tanya Zee saat Mami menyalakan lilin sambil menunggu tulisan di atas kertas kering. Akhirnya Mami mengambilkan buku, dan langsung dibuka si kecil di dekat lilin yang sudah Mami nyalakan. Rupanya ia ingin melihat gambar sambil mendekatkan kertas ke arah lilin. Saat Mami melakukan gerakan untuk mendekatkan kertas, Zee meminta dirinya saja yang melakukannya.

“Mi, ini warna apa ini hurufnya ni? Ini apa bacanya?” Nah, rupanya si bocah sudah butuh rangsangan auditory. Akhirnya Mami menceritakan tentang teori eksperimen yang kami lakukan, sambil ia melihat tulisan dan gambar yang ada di dalam buku, juga tangan yang tidak berhenti bergerak di dekat lilin yang masih menyala. Rupanya hingga saat ini, kinestetik, visual, dan auditory masih setiap ia lakukan secara bersamaan dengan porsi yang sama besar.

Pancar Matahari Family

Senin, 12 Februari 2018

Lampu Lava Sederhana

Senin, 12 Februari 2018


Day 12

Hari keduabelas ini, Mami mencoba mengajak Zee untuk mengerucutkan gaya belajar yang membuatnya nyaman. Kami mulai dengan cara eksperimen sains sederhana, karena biasanya Zee tidak bisa meninggalkan gaya kinestetiknya.

Percobaan yang kami lakukan bernama Lampu Lava Sederhana. Sejak kemarin Mami menjanjikan akan mengajaknya eksperimen hari ini, pagi sekali saat ua baru saja bangun tidur, sudah menagih janji.

“Eksperimen kita, Mi. Eksperimen.” Zee berulang-ulang mengucap kata tersebut sambil membawa buku panduan.

“Yang mana mau kita buat, Mi?” tanya Zee.

“Kita mau buat ini. Namanya Lampu Lava Sederhana,” jawab Mami sambil menunjuk halaman dua puluh dari buku yang sedang dipegang Zee.

“Pakai apa kita, Mi?” Mata Zee berbinar sambil mengamati gambar di dalam buku.

“Kita pakai air, minyak goreng, sama garam. Tunggu di sini biar Mami ambil dulu bahannya,” kata Mami. Zee duduk sambil membaca buku dengan lancar, meskipun bukan membaca dalam artian sebenarnya, tapi membaca sesuka hatinya.

“Sini, Dek. Yuk kita mulai. Tutup bukunya ya. Nanti basah kena air,” ujar Mami.

“Nggak, Mi. Nggak. Dedek baca.” Zee berkeras sambil meraih buku yang semula berada di bangku kayu. Ia kembali membuka salah satu halaman dan kembali membaca sesuka hati.

“Ayo kita buat, Mi.” Setelah puas membaca, ia pun hendak memulai eksperimen.

“Ayo. Biar Mami isi gelasnya dengan air dulu ya,” kata Mami. Zee hanya diam saja.

“Nah, sekarang kita tuang minyak ke dalam air,” lanjut Mami. Mata Zee mulai terbagi antara tulisan dan gambar yang ada di dalam buku dengan gelas berisi air dan minyak di hadapan Mami.

“Udah. Sekarang kita masukkan garam ya,” ucap Mami.

“Biar Dedek, Mi. Biar Dedek. Dedeknya bisa. Sini, Mi,” pinta Zee sambil berusaha meraih tempat garam dari tangan Mami. Kalau sudah begitu, Mami harus menyerahkan barang yang Mami pegang kepada Zee.

“Ha, lihat, Mi. Lihat.” Sambil memasukkan garam ke dalam gelas berisi air dan minyak, Zee menyuruh Mami melihat efek apa yang terjadi ketika garam dimasukkan. Ia tertawa riang dengan mata berbinar saat menyaksikan gelembung-gelembung minyak yang terbawa garam ke dasar gelas, lalu kembali naik ke permukaan.

“Ini apa, Mi? Kenapa begitu, Mi? Mami bacakan buku.” Zee mengalihkan mata dari gelas dan tangannya yang semula memegang tempat garam beralih ke buku.

“Ambil pensil, Mi. Kita gambar,” kata Zee. Ah, si bocah rupanya belum juga berubah. Mami pikir ia akan fokus ke kinestetik, rupanya tetap saja visual dan auditory dilakukan sekaligus dalam waktu bersamaan.

Besok kita coba eksperimen lagi ya, Zee. Sampai jumpa esok pagi, teman-teman.

Pancar Matahari Family

Minggu, 11 Februari 2018

Eksperimen Yuk, Mi!

Minggu, 11 Februari 2018



Day 11

Masuk hari kesebelas pengamatan gaya belajar Zee, si bocah tetap saja belum menunjukkan satu hal yang dominan. Malam ini misalnya. Zee yang sore tadi ikut Mami mengambil buku eksperimen sains sederhana, langsung tidak mau melepas bukunya sama sekali.

“Mi, eksperimen kita yuk,” ajak Zee.

“Kan sudah malam. Besok aja kita eksperimen,” sahut Mami.

“Dedeknya mau nonton video, Mi. Pinjam handphone Papi,” lanjut Zee. Sampai di sini Mami sudah mulai curiga.

“Kalau Dedek nonton berarti bukunya Mami simpan aja ya,” kata Mami.

“Jangan! Jangan! Maminya bacakan buku. Dedek nonton,” sahut Zee dengan cepat.

Lalu mengalirlah kalimat demi kalimat yang tertulis di dalam buku dari mulut Mami. Sesekali Zee membagi pandangan antara layar ponsel dan halaman buku jika ada sesuatu yang membuat penasaran. Ia akan bertanya kepada Mami mengenai hal tersebut. Meskipun telinganya mendengarkan ucapan Mami, mulut dan matanya tidak lantas kehilangan fokus. Sambil mendengar, ia juga melihat gerakan tokoh animasi di dalam video sekaligus menirukan lirik lagu yang dinyanyikan tokoh tersebut. Bahkan Zee juga melakukan gerakan seperti yang terdapat dalam video sebagai selingan.

Ah, memang setiap ciptaan Allah itu didesain khusus lengkap dengan keunikan yang berbeda-beda. Mami hanya perlu bersyukur dan memastikan jika gaya belajar campuran yang dilakukan Zee tidak mengganggu perkembangan fitrah belajarnya. Tetap semangat, Zee.

Pancar Matahari Family

Buku Gunung dan Anak Macan

Sabtu, 10 Februari 2018



Day 10

Wah, tak terasa sudah sepuluh hari Mami melakukan pengamatan terhadap gaya belajar Zee. Dan seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pun si bocah masih belum menunjukkan gaya belajar yang paling dominan.

Pagi ini setelah mandi, Mami sounding kepada Zee, mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus Mami ketik. Jadi Mami mengatakan kepada Zee akan menyalakan laptop. Namun rupanya, rencana tinggallah rencana. Zee yang tidak pernah bisa membiarkan laptop menyala jauh dari jangkauannya, langsung melakukan protes kepada Mami.

“Mami nggak boleh ngetik. Nggak boleh,” kata Zee.

“Kok boleh? Kenapa?” tanya Mami.

“Nggak boleh. Dedeknya mau nonton, Mi,” jawab Mami. Dan akhirnya Mami mengalah, memberikan kesempatan kepada Zee untuk menonton.

“Nonton Shimajiro, Mi.” Shimajiro merupakan karakter anak macan, seorang tokoh animasi dari produk edukasi anak. Beberapa menit pertama, si bocah mengamati Shimajiro dan kawan-kawan yang sedang bernyanyi. Sesekali sudut bibirnya mengurva, membentuk senyum manis.

“Mi, lihat Dedek, Mi.” Saat Mami menoleh, Zee sudah bergerak sambil berdiri. Rupanya ia tengah menirukan tarian dari video yang sedang ditontonnya. Mami bertepuk tangan ketika satu lagu selesai. Lalu Zee kembali menonton hampir sepuluh menit.

“Mami bacakan buku Gunung.” Sembari menatap layar laptop, sebelah tangan Zee meraih buku yang ada di sampingnya, lalu membukanya tanpa melihat.

“Tapi Dedek kan nonton? Matikan dulu laptopnya, baru kita baca ya. Mau?” tanya Mami.

“Nggak, nggak. Dedeknya baca sambil nonton,” pinta Zee. Dan mengalirlah kalimat demi kalimat dari mulut Mami. Si bocah membagi mata ke layar dan sesekali memandang Mami serta buku Gunung. Tak puas hanya melakukan dua aktivitas yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran, Zee satu dua kali akan berdiri sambil menari, menggerakkan tangan, kaki, maupun kepala. Hampir lima belas menit beberapa aktivitas kami lakukan sekaligus. Mami salut sama Zee. Bocah ini memang unik, sanggup berbarengan fokus ke beberapa kegiatan.

Pancar Matahari Family

Jumat, 09 Februari 2018

ABC Naik Kapal

Jumat, 9 Februari 2018



Day 9

Halo semua. Sampai bertemu di hari kesembilan pengamatan gaya belajar Zee. Mudah-mudahan tidak membosankan ya cerita Zee untuk dibaca. Karena kami selalu mengambil momen aktivitas sehari-hari untuk didokumentasikan, jadi jangan heran jika kegiatannya putar-putar pada hal yang itu-itu saja.

Siang ini, setelah menyerah membujuk si bocah untuk tidur, Mami membiarkannya kembali bermain. Pagi hari ia sudah disibukkan dengan belajar warna menggunakan puzzle. Dan setelahnya, rupanya mainan kapal-kapalan serta abjad dan huruf plastik menjadi pilihannya. Semula, gaya kinestetik ditunjukkan oleh Zee. Ia menyusun huruf dan angka setelah sebelumnya menanyakan kepada Mami nama masing-masing huruf dan angka tersebut. Lama-kelamaan, kinestetiknya bertambah dengan auditory. Zee memasukkan beberapa huruf dan angka ke dalam lubang tempat baterai yang berada di bagian tengah body kapal-kapalan.

“Mi, lihat ni, Mi. Double U naik kapal, Mi. Four juga,” kata Zee sambil menunjukkan kepada Mami huruf W dan angka 4 yang ada di dalam lubang.

“Brum, brum, otok, otok, jalan dulu kita ya. Kita pergi jalan. Dadah, Mi,” cerocos Zee. Ia menggerakkan tangan untuk mendorong kapal-kapalan di atas kasur.

“Awas, awas, Mami awas. Kapalnya mau lewat.” Seolah Mami berada dalam posisi sebagai penghalang, Zee mengusir Mami.

“Kapalnya mau ke mana, Dek?” tanya Mami.

“Laut. Kapalnya ke laut,” jawab Zee.

“Mi, ambilkan pensil. Dedeknya mau gambar,” lanjut Zee. Dari sini, Mami langsung menebak jika mode visual sebentar lagi akan berlangsung. Mami menuruti keinginan Zee dengan mengambilkannya beberapa lembar kertas beserta pensil.

“Mami gambarkan ikan, Mi,” ucap Zee begitu kertas berada di hadapannya.

“Lah, katanya Dedek yang mau gambar? Kok jadi Mami?” Tentu saja si kecil ini harus ditanya mengapa rencananya bisa berubah.

“Mami gambarkan ikan. Dedeknya mau gambar juga.” Tanpa komando, Zee langsung mengambil pensil warna dan membuat coretan-coretan di kertas.

“Apa Dedek gambar?” tanya Mami.

“Dedeknya gambar kapal, Mi.” Zee menjawab tanpa perlu menoleh ke arah Mami. Dan beberapa kali pertanyaan Mami tidak dihiraukannya. Ia sibuk dengan mencoret-coret kertas menggunakan berbagai macam pensil warna. Meskipun begitu, sesekali tangannya bergerak, menyusun huruf dan angka ke dalam lubang kapal, dan dijalankannya dengan sebelah tangan. Ah, dasar bocah. Yang mana gaya belajar yang memang benar-benar membuatmu nyaman, Zee? Coba saja kamu bisa memberitahu Mami ya, Zee. Tetapi sepertinya nyaman dengan berbagai macam gaya membuat kecerdasan Zee meningkat. Baiklah, tak mengapa. Kami hanya perlu berdamai dengan keunikan ini.

Sampai jumpa esok pagi semua.

Pancar Matahari Family

Kamis, 08 Februari 2018

Masak Kepiting

Kamis, 8 Februari 2018


Day 8

Hari ini memasuki hari kedelapan dalam pengamatan gaya belajar Zee. Nah, momen yang Mami ambil adalah aktivitas pagi hari setelah mandi. Seperti biasa, setelah mandi dan sarapan, Zee akan langsung disibukkan dengan mainannya.

Kali ini, tanpa menunggu keluar dari kamar, Zee langsung menuang mainan dari dalam tote bag. Ada peralatan masak-masakan, meja kursi kecil, dan lain sebagainya. Mami sudah berpikir bahwa ia hanya akan belajar dengan gaya kinestetik kali ini, karena tanda-tanda yang ditunjukkan mengarah kesitu.

Di awal momen bermain, Zee sibuk memasak. Ia memasukkan kepiting, lobster, dan ikan plastik ke dalam piring. Lalu menyendoknya dan bergerak ke arah Mami. Rupanya si bocah mau pura-pura menyuapkan makanan hasil masakannya kepada Mami.

“Dedek masak apa?” tanya Mami.

“Masak goreng, Mi,” jawab Zee.

“Goreng apa?” Mami memang suka mengajaknya mengobrol ketika Zee beraktivitas dengan mainannya.

“Goreng kepiting,” kata Zee sambil sibuk dengan sendok di tangan.

“Mami mau, Mi?” tawar Zee.

“Mau dong.” Mami memandang Zee sambil tersenyum.

“Dedek suap Mami,” ucap Zee sambil menyodorkan sendok berisi kepiting ke mulut Mami. Mami pura-pura membuka mulut dan mengunyah.

“Sedapnya masakan Dedek nih,” puji Mami. Zee tersenyum lebar.

“Kepiting tu warna apa, Dek?” tanya Mami.

“Warna yellow,” jawab Zee. Tiba-tiba ia berlari turun dari kasur.

“Mi, Dedek mau gambar kepiting. Mami buatkan kepiting. Ambil pensil,” lanjut Zee sambil membawa plastik berisi kertas dan pensil warna. Namun belum sempat Mami menuruti permintaannya, tangan kecilnya sudah sibuk sendiri membuat coretan dengan pensil warna.

Aktivitas itu berlangsung cukup lama, hingga tiba-tiba ia kembali bersuara. Kepalanya yang semula tertunduk juga ikut menoleh ke arah Mami.

“Mi, kepiting ni besar atau kecil?” tanya Zee sambil menunjuk coretan abstrak di kertas.

“Mana kepitingnya? Dedek gambar kepiting?” Mami memancing.

“Ini,” tunjuk Zee pada coretan yang sama.

“Oh, itu besar Dedek gambar kepiting,” kata Mami.

“Kepiting tu pergi jalan ke mana, Mi?” Pertanyaan Zee membuat Mami tertawa. Si bocah memang selalu  menyamakan setiap makhluk hidup seperti dirinya yang suka jalan.

“Kepiting jalan di pantai dong. Dia kan hidup di laut,” jelas Mami. Lalu mengalirlah percakapan lain tentang kepiting. Mulai kepiting makan apa, jalan sama siapa, dan lain sebagainya. Aktivitas yang melibatkan indera pendengaran tersebut juga diselingi dengan gerakan tangan yang sibuk mencoret kertas, juga sentuhan manisnya pada mainan-mainannya.

Sampai di hari kedelapan ini, masih belum terlihat gaya belajar Zee yang paling dominan. Tak mengapa, Mami menyadari jika usianya masih dua tahun empat bulan. Semoga ke depannya akan semakin jelas gaya belajar yang diperlihatkan oleh Zee.

Pancar Matahari Family

Rabu, 07 Februari 2018

Kucing dan Pinguin

Rabu, 7 Februari 2018



Day 7

Tak terasa sudah masuk hari ketujuh pengamatan gaya belajar Zee. Dan sampai saat ini, ia masih belum menunjukkan salah satu gaya dominan. Tak mengapa, yang penting ia tidak merasa terganggu dan masa-masa eksplorasinya juga bisa terlewati secara maksimal. Hari ini, Zee juga tetap menggabungkan antara visual, auditory, serta kinestetik dalam aktivitasnya.

Selesai mandi pagi, Zee minta diambilkan sarapan. Nah, si bocah yang tidak terlalu sering menonton televisi, tiba-tiba saja minta diputarkan film. Untung saja saat itu sedang ada serial kartun bertokoh kucing dan tikus. Sambil makan, Zee duduk diam dan mengamati adegan di layar kaca. Tetapi, yang namanya Zee, tidak lengkap jika melihat sesuatu secara visual tanpa melakukan aktivitas yang melibatkan auditory. Bukannya ia fokus melihat jalannya cerita yang ada di film, rentetan kisah justru keluar dari mulutnya seolah dialah si penulis skenario.

“Kucing, lihat tu pinguinnya jatuh,” kata Zee.

“Nah kan, pinguin lihat kucing. Kucingnya mau makan es krim tu,” lanjutnya.

“Mi, itu apa, Mi?” tanya Zee saat melihat tokoh tikus kecil muncul di layar.

“Itu tikus namanya,” jawab Mami.

“Tikus tu makan apa, Mi?” Zee kembali bertanya saat melihat tikus berwarna cokelat sedang memegang potongan sesuatu berwarna kuning.

“Tikusnya mau makan keju tu,” sahut Mami.

“Kucingnya kejar tikus. Tikus lari,” ucap Zee tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Ah, dasar bocah. Nonton kok sambil ngobrol. Dan tingkah anehnya tidak berhenti sampai di situ. Ia tiba-tiba berdiri lalu masuk ke dalam kamar.

“Dedek, katanya nonton?” tanya Mami.

“Dedek ambil puzzle.” Zee keluar dari dalam kamar sambil menenteng plastik berisi puzzle abjad berbentuk kupu-kupu.

“Dedek mau main puzzle? Kalau gitu tv-nya Mami matikan aja ya?” Mami mencoba mengujinya.

“Jangan, jangan, Mi. Dedek nonton kucing,” jawab Zee. Nah kan, semakin ketahuan kalau dia memang suka menggabungkan berbagai gaya belajar.

Dan benar saja. Si bocah secara bersamaan melakukan aktivitas menonton film, menyusun puzzle, dan juga diselingi ocehan. Baiklah, asal dia senang, Mamipun tak akan protes.

Sampai bertemu esok pagi semua.

Pancar Matahari Family

Selasa, 06 Februari 2018

Bermain dengan Ban Bekas

Selasa, 6 Februari 2018



Day 6

Hari ini Zee menagih janji kepada Mami untuk bermain ban. Beberapa hari lalu, Papi memang mengganti ban motor yang sudah usang. Dan Mami berpesan agar ban bekasnya dibawa pulang untuk Zee. Si bocah yang tidak suka diam dalam waktu lama ini memang harus diberikan fasilitas yang membuatnya sibuk bergerak. Maka ban bekas terlihat menjadi sebuah solusi pas untuk Zee. Mami juga ingin melihat apakah ia memang tipe kinestetik saja, ataukah masih menggabungkan gaya lain ketika sedang belajar. Dan pertanyaan Mami langsung terjawab hari ini. Zee memang sepertinya tipe yang suka menggabungkan beberapa gaya sekaligus saat belajar.

Cerita bermula usai bangun pagi dan minum sekotak susu. Zee ikut Mami mengambil ban bekas di samping rumah lalu mencucinya hingga bersih sebelum digunakan bermain. Belum sempat air sisa cuci kering betul, Zee sudah berteriak minta main. Akhirnya Mami menurutinya saja.

Pertama kali, kami bermain halang rintang. Mami meletakkan ban dengan sebuah bangku kayu sebagai ganjal, lalu memberikan instruksi kepada Zee untuk merangkak keluar masuk lubang ban. Ia melalukannya dengan girang. Awalnya memang Zee diam tidak berbicara, hanya tawanya saja yang terdengar saat berhasil keluar dari lubang. Namun hanya bertahan beberapa menit sebelum akhirnya matanya kembali berkelana menyapu sekitar dan mulutnya berbicara.

“Mi, ini apa?” tanya Zee ketika separuh badannya baru saja melewati lubang ban. Jari telunjuk kanannya mengarah ke lantai. Sebuah semut cukup besar terlihat bergerak.

“Itu semut namanya. Dedek belum pernah lihat kan? Itu semut besar. Biasa Dedek lihat kan kecil,” jawab Mami.

“Semutnya ngapain? Semut warna black kan? Semutnya udah makan belum, Mi?” Begitulah. Rentetan pertanyaan dan cerita tentang semut versi Zee keluar dari mulut kecilnya. Tentu saja semua itu tidak dilakukan sambil diam di tempat. Ia melihat semut sambil berbicara, juga badannya terus saja bergerak keluar masuk lubang ban.

Aktivitas bermain dengan ban bekas berhenti sebentar karena Mami mengajak Zee mandi. Namun setelahnya, ia kembali menuntut permainan tersebut. Kali ini, kami menggelindingkan ban tersebut. Zee tertawa ketika ban menabrak sesuatu dan jatuh sebelum berhenti menggelinding. Ia juga berusaha mengangkatnya kembali dan menggelindingkannya seorang diri, seperti yang Mami lakukan.

“One, two, three, four, five, six, seven, eight, nine, ten,” ucap Zee sambil menunjuk garis-garis pada ban, sesaat sebelum ia berusaha mengangkatnya.

“Ban ini circle, Mi. Circle,” lanjutnya. Lalu ia kembali menggelindingkan ban lagi. Di tengah memandang ban, tiba-tiba terdengar lagi celetukannya.

“Itu apa, Mi? Eh, burung tu. Burung,” kata Zee. Saat Mami menoleh, ia sudah memandang langit dan memerhatikan segerombolan burung terbang. Padahal beberapa menit sebelumnya, mata bulatnya sedang fokus memandang ban. Memang tidak bisa melakukan satu jenis aktivitas saja si bocah ini. Tak apalah, Zee. Yang penting kamu belajar dengan happy.

Pancar Matahari Family

Senin, 05 Februari 2018

Blended

Senin, 5 Februari 2018



Day 5

Hari ini merupakan pengamatan kelima terkait gaya belajar Zee. Dan hingga saat ini, rupanya si bocah tetap masih asyik mencampur model belajarnya. Karena ia terlihat tidak terganggu dengan hal tersebut, maka Mami hanya mengamatinya saja.

Zee merupakan si kinestetik sejati. Melakukan apapun harus disertai gerakan. Ia bahkan hampir tidak pernah duduk diam kecuali saat tidur. Seperti hari ini misalnya. Sekitar pukul sepuluh pagi, Mami sudah menyelesaikan aktivitas dapur. Kebetulan sudah beberapa hari kami libur tidak buka gerai batagor, jadi bermain menjadi optimal di siang hari setelah urusan rumah dan perut beres. Zee yang baru selesai sarapan langsung meminta jatah sreen timenya. Ia langsung memutar video Baby Shark. Awalnya hanya mulutnya saja yang bergerak, menirukan lirik lagu dengan nada yang terdengar hampir pas. Lalu tangannya perlahan diangkat sebelum akhirnya ia berdiri, melompat dan meliuk-liuk sesuai koreografi yang ada di video. Meskipun begitu, nyanyian tidak berhenti terdengar dari mulut mungilnya. Juga matanya yang tetap fokus menatap visual di layar handphone. Bahkan sesekali Zee sempat mengajak Mami mengobrol dengan menanyakan berapa jumlah shark di gambar, apa yang dilakukan shark, serta pertanyaan-pertanyaan lain yang memicu mulutnya terus berucap tanpa henti. Nah, yang membuatnya terlihat sebagai sang pencampur gaya belajar, saat tengah sibuk dengan tarian dan nyanyian, ia masih sempat berjalan mengambil lego dan menyusun balok serta ban menjadi sebuah mobil-mobilan.

Hampir sepanjang aktivitas yang dilakukan Zee pasti meliputi ketiga gaya belajar dengan porsi yang masih sama-sama imbang hingga saat ini. Besok kita belajar lagi ya, Zee. Lakukanlah secara natural, Nak. Tak mengapa jika memang dirimu merupakan tipe unik yang tidak fokus di salah satu jenis gaya belajar, karena Emakmu ini juga sama. 😊😊

Pancar Matahari Family



Minggu, 04 Februari 2018

Panda Besar dan Nyanyian Twinkle

Minggu, 4 Februari 2018



Day 4

Halo semua, sampai jumpa di hari keempat tantangan level 4 kelas Bunda Sayang Batch #3 Institut Ibu Profesional. Kali ini, aktivitas yang Mami lakukan masih sama, yaitu mengisi kegiatan selama sehari dan melakukan pengamatan gaya belajar Zee saat sedang asyik dengan suatu kegiatan.

Sore ini setelah bangun tidur, Zee tiba-tiba saja melompat-lompat di atas kasur sambil sesekali berputar-putar. Setelah beberapa putaran, ia langsung menghempaskan tubuh ke kasur.

“One two three four, one two three four, five,” ucap Zee dengan nada yang benar, sesuai lagu yang sering ia tonton di video. Tangannya tidak diam, tetapi sambil menunjuk light in the dark berbentuk panda yang menempel di dinding. Rupanya si bocah sedang berhitung.

“Mi, itu panda besar. Yang itu panda kecil,” tunjuk Zee tepat ke arah dua panda berbeda ukuran. Ah, Zee tanpa diajari ternyata sudah belajar perbandingan secara mandiri.

Malam hari selepas Magrib, aktivitas belajarnya berlanjut. Kali ini Zee memilih memainkan drumb band sambil menari. Setelah beberapa saat bernyanyi sambil menari, akhirnya memilih berbaring di lantai. Tetapi bukannya terdiam, ia malah sibuk memukul drumb band.

“Twinkle twinkle little star,” ucap Zee menirukan lagu Twinkle. Ah, bahkan hingga hari keempat ini, Zee masih menunjukkan semua gaya belajar dalam waktu bersamaan.

Lanjut besok ya pengamatannya. Entah apa hasilnya, kita lihat saja besok

Pancar Matahari Family

Sabtu, 03 Februari 2018

Learn Numbers, Alphabets, and Colors

Sabtu, 3 Februari 2018




Day 3

Sampai pada hari ketiga ini, saat Mami amati, Zee masih menunjukkan gaya belajar campuran. Terlihat dari aktivitas yang ia lakukan sejak pagi hingga malam menjelang. Setelah mandi pagi, Zee sibuk dengan tiket hasil main Abang sepupunya di salah satu pusat permainan anak.

“Dedek mau hitung, Mi. Mau hitung,” kata Zee sambil menunjuk kantong plastik di atas rak dalam kamar.

“Tunggu, biar Mami ambilkan,” jawab Mami.

Setelah Mami menurunkan kantong berwarna biru dari atas rak, mulutnya terkunci, tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Mami pikir si bocah akan mengamati tiket dan memerhatikan detail visualnya. Rupanya dugaan Mami salah ketika terdengar suara Zee.

“One, two, three, four,” ucap Zee dengan nyaring.

“Mi, lihat ini, Mi. Dedek bisa hitung, Mi,” lanjut Zee. Mami menoleh dan mendapati si bocah sedang menaruh satu persatu tiket yang sudah ia potong sesuai angka yang disebutkannya. Ah, tidak disangka Zee belajar begitu cepat, padahal emaknya tidak pernah mengajarkannya secara intens dan langsung.

“Mi, ini gambar apa?” tanya Zee sambil mengamati tulisan dengan gaya artistik yang ada di lembar tiket.

“Itu bukan gambar, Dek. Itu gaya tulisannya dibuat keren,” jawab Mami, mencoba menjelaskan secara sederhana supaya Zee mengerti. Kemudian ia kembali sibuk dengan tiket, menyuarakan setiap angka yang ia hitung, sekaligus bertanya berbagai macam hal yang ingin diketahuinya.

Malam harinya, Zee asyik dengan kepingan puzzle. Diliputi semangat, ia menyusun puzzle hingga membentuk hampir setengah lingkaran.

“Mi, Dedek mau buat lingkaran,” pekik Zee.

“Mana?” tanya Mami.

“Nih,” kata Zee sambil menunjuk susunan huruf beraneka warna di hadapannya.

“A, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Now I know my abc, next time i'll sing again.” Suara Zee terdengar cukup jelas. Tangannya menunjuk huruf berurutan sembari melafalkan lagu alphabet. Lalu dengan lancar, ia menyebutkan warna demi warna yabg terhidang.

Aktivitas belajar Zee tidak berhenti sampai di situ. Ia memang seorang pembelajar sejati dan mandiri. Tidak suka diajar maupun dibatasi waktu. Itulah ciri khas bocah berusia 2 tahun empat bulan itu. Bahkan hingga tulisan ini dibuat, Zee masih sibuk menonton video sambil berhitung.

Nah, setelah puas berlama-lama dengan kepingan puzzle, ia pun beralih membongkar mainan di dalam kamar. Rupanya Zee sedang mengeluarkan tempat doh yang sudah kosong. Disusunnya berderet tempat doh tersebut, lalu disebutkan satu persatu nomor dan warnanya. Bahkan sambil sesekali dinyanyikan olehnya. Bahkan Zee tak lupa mengajak Mami bercerita sambil tangannya bergerak serta matanya sibuk menyisir warna demi warna.

Sampai hari ketiga ini, hasil pengamatan Mami masih sama. Gaya belajar Zee masih berkutat di tiga jenis dan belum terlihat yang mana yang paling dominan. Semangat terus ya, Zee. Besok kita melakukan pengamatan lagi sambil belajar. Sampai jumpa esok pagi semua.

Pancar Matahari Family

Jumat, 02 Februari 2018

Aliran Air

Jumat, 2 Februari 2018


Day 2

Hari kedua mengamati gaya belajar Zee Mami mulai saat pagi datang. Seperti biasa, si bocah memilih menonton video learn color sebagai pembuka hari. Namun tidak hanya diam saja, sembari menonton, Zee memilih banyak bertanya. Mulai dari membahas tentang bermain cat air yang kami lakukan kemarin, sampai menyebutkan warna beberapa kucing yang berjalan di atas pagar rumah. Khas Zee, setelah beberapa saat menonton dan bercakap-cakap dengan Mami maupun Papi, ia memilih bergerak, meskipun sesekali masih melirik video di handphone. Saat melihat kucing besar berwarna hitam dan putih, Zee tiba-tiba saja berdiri dan melompat pelan-pelan. Ketika Mami bertanya, rupanya ia memberikan jawaban yang membuat Mami tertawa. Zee bilang ia sedang memanggil kucing. Pantas saja suara bisikan terdengar saat ia sibuk melompat.

Sore hari, saat Mami hendak mengajak Zee mandi, ia berlari dan menghindar. Papi lalu memberikan pipa pvc seperti yang terlihat pada gambar. Zee girang. Ia langsung bergerak ke dekat pintu kaca di bagian samping rumah. Di situ terdapat rak untuk menyusun helm dan sepatu.

“One, two, three, four,” ujar Zee sambil menunjuk helm satu persatu dengan pipa yang ada di tangannya. Si bocah memang suka belajar dengan cara mempraktikkannya langsung. Tanpa gerakan, tidak sah aktivitas Zee disebut belajar.

Mami yang melihat hari semakin sore, memutar ide untuk mengajaknya mandi. Akhirnya terbersitlah untuk melakukan permainan aliran air.

“Zee, kita bawa pipanya mandi yuk. Kita isi air di dalam ember. Mau? Nanti Mami ambilkan gayung,” ajak Mami. Zee terlihat berpikir sejenak.

“Yuk. Cepet yuk,” lanjut Mami sebelum si bocah berubah pikiran dan menolak untuk mandi.

“Sini masuk kamar mandi. Pegang pipanya, Mami isikan air,” kata Mami. Saat Mami menuangkan air dari bagian pipa yang tidak ada ujung segitiganya, air mengalir bagian panjang pipa, lalu keluar di kedua ujung yang lain. Zee terlihat antusias memerhatikan gerakan air yang keluar dari dalam pipa.

“Kenapa ni, Mi?” tanya Zee begitu debit air menurun hingga tidak ada lagi pergerakan dari ujung pipa begitu air di dalamnya habis.

“Ini airnya habis, sudah keluar semua. Makanya berhenti,” jawab Mami.

“Coba Dedek lihat ini,” lanjut Mami. Lalu Mami mencoba mempraktikkan gerakan untuk menghasilkan debit air kencang dengan cara memasukkan air ke dalam pipa secara kuat dan volume besar. Lalu Mami melakukan sebaliknya. Secara pelan-pelan Mami memasukkan sedikit air ke dalam pipa, hingga debit yang keluar lebih lemah dari sebelumnya. Zee mengamati, lalu Mami menjelaskan secara sederhana mengapa debit air bisa kencang dan sebaliknya, menjadi lemah ketika volume dan kecepatan alirannya diturunkan. Dan, si bocah kinestetik kembali beraksi.

“Biar Dedek, Mi. Dedek mau coba, Mi. Dedek yang masukkan air,” pinta Zee sambil tersenyum lebar. Oke deh, sebelum mandi, Mami memberikan kesempatan kepada Zee untuk melakukan eksperimen sains sederhana sambil bermain air.

Sampai hari kedua ini, gaya belajar yang diperlihatkan Zee dalam melakukan aktivitas masih campuran antara visual, auditory, serta kinestetik. Sampai ketemu esok dalam pengamatan selanjutnya.

Pancar Matahari Family

Kamis, 01 Februari 2018

Belajar Warna dan Bentuk

Kamis, 1 Februari 2018



Day 1

Halo semua, ketemu lagi dengan kami. Hari ini merupakan hari pertama tantangan level 4 Bunda Sayang dimulai. Berdasarkan materi yang telah diberikan di kelas mengenai Gaya Belajar Anak, maka kali ini Mami harus melakukan observasi terhadap gaya belajar Zee. Karena si bocah masih berusia dua tahun empat bulan, maka kegiatan belajarnya belum terstruktur dan masih suka-suka dia.

Sejak tadi malam Zee kurang enak badan. Namun hal itu tidak menghalangi keinginannya untuk bermain warna. Sudah lama memang ia menagih untuk dibelikan cat air seperti yang sering ia tonton dalam video di youtube. Dan Mami terbersit ide untuk membuat cat sendiri yang aman jika sewaktu-waktu Zee tanpa terkontrol memasukkannya ke dalam mulut.

“Cat, Mi! Cat! Maminya buatkan cat!” teriak Zee saat Mami memberitahunya akan membuatkan cat, alih-alih membelikannya. Ia berlari mengikuti Mami ke dapur. Berkali-kali ia menanyakan apakah sudah bisa main cat, padahal Mami masih harus mencampurkan pewarna makanan dan mendinginkan larutan tepung sagu setelah dipanaskan.

“Mami finger, Mami finger, Where are you? Here I am, Here I am, How do you do.” Sambil menunggui Mami, Zee bernyanyi. Senyum ceria tersungging di bibirnya.

“Nih, udah nih, Dek. Ayo kita main cat. Mau gambar di mana?” tanya Mami.

“Maminya ambilkan kertas,” jawab Zee. Mami menyuruh Zee menunggu di belakang rumah sementara berlalu ke dalam kamar mengambil dua lembar kertas kosong.

“Yeay, Dedek main cat,” pekik Zee gembira. Ia menyusun cat bersisian.

“Yellow, green, purple, purple,” ucapnya sembari memegang masing-masing tempat cat. Mami memberikan cotton bud kepadanya menggantikan kuas. Lalu mengajak Zee mengoleskan setiap warna ke atas kertas. Ia mengikuti apa yang Mami lakukan. Lalu sesekali meminta Mami untuk menggambar objek-objek yang dimau. Setiap mengoleskan masing-masing warna, Zee menyebutkannya keras-keras.

“Mi, ini apa namanya?” tanya Zee saat Mami membuatkannya gambar padi.

“Ini namanya padi,” jawab Mami. Lalu mengalirkan rentetan pertanyaan mengenai padi, sawah, serta diiringi permintaannya untuk digambarkan jagung, anggur, serta beralih ke angka satu sampai dengan sepuluh. Zee melakukan gerakan, melihat gambar, serta meminta Mami untuk bercerita mengenai gambar yang kami buat.

Saat kertas sudah penuh, Mami memberi Zee papan bekas tempat telur dan meminta Zee mengecat bagian puncak. Namun ternyata si bocah punya kreativitas sendiri. Ia mengecat bagian lembah sambil bercerita jika cotton bud yang digunakan untuk mengoles tersebut sedang main perosotan. Sungguh imajinasi yang luar biasa. Zee juga belajar percampuran warna, melukis abstrak ala-ala. Dalam sebuah lembah, ia mengoles warna kuning, lalu di tempat yang sama, warna hijau ikut dioleskan menimpa si kuning.

Aktivitas menggambar dengan cat air berakhir ketika waktu salat ashar sampai. Namun tidka berhenti sampai di situ kegiatan Zee. Malam hari ia melanjutkan aktivitas belajar ala dia.

Sambil duduk di teras, Zee menyusun kartu-kartu melingkar. Raut wajahnya terlihat sangat serius, membuat Mami tidak tahan untuk bertanya.

“Dedek buat apa tuh?” tanya Mami.

“Ini lingkaran ni, Mi. Big circle,” kata Zee. Mami takjub. Wah, dengan mandirinya bocah aktif ini belajar membuat bentuk.

“Ini kayak bulan ni. Kemarin siapa yang lihat bulan gerhana, Mi?” Sepertinya Zee teringat peristiwa yang kami saksikan bersama kemarin.

“Dedek yang lihat,” jawab Mami.

“Bulannya kenapa gerhana, Mi?” Dan pertanyaan ajaibnya muncul setelah itu. Mami harus mendongeng tentang fenomena alam tersebut kepadanya, yang ia dengarkan sambil kembali menyusun kartu-kartu menjadi sebuah garis lurus panjang.

“Dedek mau lihat bulan sama bintang ya, Mi,” celetuk Zee setelah mendengar cerita Mami tentang melihat bulan menggunakan teleskop.

“Iya, nanti kalau Dedek udah besar, kita lihat ya. Kita pergi ke Boscha nanti ya.” Mami memandang Zee sambil tersenyum. Semoga tercapai ya, Zee, mimpi kita. Ucap Mami dalam hati.

Sejak Zee pintar bertanya segala macam hal yang membuatnya penasaran, ia sering meminta Mami menceritakan sesuatu yang ingin diketahuinya. Zee senang mendengarkan Mami bercerita. Namun, sambil mendengarkan cerita, seringkali ia melakukan aktivitas lain seperti menonton video edukasi anak, membaca buka bergambar, kadangkal juga menyanyi dan menari sesuka hatinya. Sementara ini, Mami masih menduga jika gaya belajar Zee merupakan campuran dari ketiga jenis, baik itu visual, auditory, maupun kinestetik. Entah jika ia sudah besar nanti.

Sampai ketemu esok pagi ya semua, masih dengan pangamatan yang sama, yaitu gaya belajar anak.

Pancar Matahari Family

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...