Rabu, 24 Januari 2018

Aliran Rasa

Kamis, 25 Januari 2018


Sebulan sudah terlewati sesi ketiga kelas Bunda Sayang Batch#3. Pada sesi ketiga ini materi yang disampaikan oleh fasilitator di kelas adalah tentang melejitkan kecerdasan anak. Bagaimana caranya? Yaitu melalui family forum dan family project. Begitulah inti dari games level tiga yang harus dilakukan oleh setiap pelajar di kelas. Melalui family project ini diharapkan, kecerdasan anak meliputi spiritual, emosial, intelektual, maupun kecerdasan menghadapi tantangan dapat ditingkatkan.

Sesi ketiga ini merupakan bagian berat dalam perjalanan saya menuntut ilmu di kelas Bunda Sayang Batch#3. Saat jadwal games dimulai, saat itu pulalah pesanan siomay sedang menumpuk. Saya dan suami yang memang melakukan produksi sendiri, membuat saya kesulitan meluangkan waktu untuk menuliskan laporan kegiatan keluarga yang dilakukan bersama Zee. Point penting sudah didapat, dokumentasi sudah dilakukan, namun disaat hendak menuliskannya pada malam hari ketika semua aktivitas selesai, ujian berupa ketiduran datang. Ah, sungguh ujian itu sekaligus nikmat. Meskipun ada rasa sedih karena harus merelakan rapel laporan di keesokan harinya, namun jika tidak ketiduran, mungkin saya masih memaksakan diri untuk melakukan aktivitas seperti membuat laporan, padahal badan sudah meminta jatah istirahat. Jadi, untuk mengurangi kesedihan, saya mencoba bersyukur atas nikmat ketiduran yang telah Allah berikan.

Tantangan lain lagi juga saya hadapi, misalnya menjelang tenggat waktu pengumpulan laporan pukul dua belas malam, si kecil rewel dan minta ditemani tidur. Padahal saat itu, saya juga sedang mengerjakan pesanan. Alhasil, meskipun saya sudah menyelesaikan laporan, dengan teepaksa saya harus telat beberapa detik dalam pengumpulan. Jadi di sesi ini, saya hanya mengerjakan laporan selama sepuluh hari karena aktivitas yang begitu padat. Tetapi saya bersyukur, karena masih tetap bisa mengikuti kelas meskipun harus mencuri-curi waktu.

Ada hikmah yang saya dapatkan pada sesi ketiga ini, yaitu melejitkan kecerdasan anak ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan sebelumnya. Semua itu bisa dilakukan dengan sederhana, melalui aktivitas sehari-hari yang sudah dirancang sebelumnya.

Terima kasih IIP, terima kasih Mbak Amma yang telah berbaik hati menemani perjalanan proses belajar peserta kelas Sumatera 1, dan teruntuk suami serta anak saya tercinta, terima kasih karena selalu memberikan sedikit kesempatan kepada saya untuk belajar lebih dan lebih lagi. Semoga sesi selanjutnya saya bisa kembali konsisten menerapkan materi yang saya dapat di kelas.

Pancar Matahari Family

Sabtu, 13 Januari 2018

Kue Ulang Tahun Ala Zee

Day 10

Sabtu, 13 Januari 2018



Pada hari kesepuluh tantangan level tiga Bunda Sayang, Mami mengajak Zee bermain dengan kayu. Bukan sebuah unsur kesengajaan. Hal ini dipicu karena Papi pagi ini sedang membongkar sebuah meja. Zee yang awal mulanya tengah menonton video, langsung tertarik dan mendekati Papi.

“Dedek mau apa?” tanya Mami dari dalam kamar mandi sambil mencuci baju.

“Dedek mau main,” jawab Zee.

“Main apa, Dek?” tanya Mami lagi. Namun Zee tidak kunjung menjawab.

“Ya udah, mainlah. Tapi hati-hati ya ada banyak paku tu. Itu ada kayu kecil-kecil bisa buat main tu, Dek. Minta sama Papi ya,” kata Mami. Dan seperti tersengat sebuah kilatan ide, Zee yang mendengar kata paku dari mulut Papi langsung beraksi.

Tangan kecilnya memungut satu demi satu paku yang telah dicabut oleh Papi dan menusukkannya kembali ke dalam bekas lubang. Ada tiga buah kayu kecil yang ia tempeli paku. Lalu tiba-tiba ia pun bernyanyi.

“Selamat ulang tahun. Yeay. Horray!” pekik Zee. Mami dan Papi tertawa sambil menggelengkan kepala. Betapa takjub kami dibuatnya. Sungguh si bocah ini begitu kreatif.

“Dedek buat apa tu?” tanya Mami.

“Kue ulang tahun ni, Mi,” jawab Zee sembari pura-pura meniup paku seolah itu adalah lilin-lilin kecil yang sedang menyala. Meningkatkan kecerdasan intelektual si bocah ini tidak susah, hanya perlu dipancing sedikit. Semoga selalu konsisten ya, Zee.

Pancar Matahari Family

Jumat, 12 Januari 2018

Mengenal Allah Lewat Lagu

Day 9

Jumat, 12 Januari 2018



Di usianya yang kedua tahun, penting bagi Zee untuk mengenal Sang Maha Pencipta. Hal itu memicu Mami untuk membantunya meningkatkan kecintaan terhadap Allah. Cara yang kami pilih bukan memaksakan anak mengamalkan syariat, melainkan dengan cara asyik. Contohnya lewat lagu.

“Dek, Dedek mau nonton apa?” tanya Mami saat Zee meminta handphone.

“Tayo lah, Mi. Tayo,” jawab Zee.

“Nggak ada yang lain?” Mami menatap mata Zee.

“Nggak mau lain. Tayo aja,” sahut Zee. Karena sepertinya Zee tidak akan mau dihadapkan pada pilihan lain, maka Mami memberinya waktu sejenak untuk menikmati keinginya. Setelah hampir setengah jam, Mami mencoba kembali kalimat yang sebelumnya.

“Dedek mau nonton Omar Hana? Sini biar Mami bantu carikan.” Mami berkata lembut.

“Mami carikan. Dedek nonton Omar Hana.” Zee tersenyum ke arah Mami.

Begitu ketemu, Mami langsung memberinya kepada Zee. Si bocah aktif ini memilih lagu Bismillah, Sayang Semuanya, Sayangi Anak Yatim, dan lainnya.

“Dek, Dedek mau masuk surga nggak?” tanya Mami.

“Mau. Sama Khadijah, Abu Bakar, Nabi Yunus,” jawab Zee.

“Kalau gitu Dedek harus jadi anak baik ya. Lihat tuh videonya. Omar sama Hana baik kan sama temannya?” kata Mami. Zee tidak menjawab dan memilih tetap memandangi layar handphone yang sedang menayangkan lagu Sayang Semuanya.

Tak mengapa, Nak. Setidaknya kamu mau sesekali meninggalkan tontonan edukasi umum dan memilih video anak Islami. Mami yakin semakin besar nanti kamu semakin pintar.

Pancar Matahari Family

Kamis, 11 Januari 2018

Adab Meminjam Barang

Day 8

Kamis, 11 Januari 2018


Memasuki hari kedelapan tantangan level tiga Bunda Sayang ini, Mami kembali mengajak Zee untuk meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Kali ini Mami menekankan pada tata cara meminjam barang kepada orang lain. Hal ini terpicu dari Zee yang mengamuk saat meminjam handphone Mami.

“Dedek mau handphone Mami,” ucap Zee dengan pelan.

“Dedeknya mau handphone Mami, Mi!” ulang Zee mulai meninggikan nada suara ketika melihat Mami tidak merespon.

“Handphone! Mau handphone!” pekik Zee.

“Sebentar ya. Mami pakai dulu sebentar handphonenya,” jawab Mami.

“Nggak mau!” teriak Zee, lalu ia pun mulai menangis.

“Handphone! Handphone! Mau handphone Dedeknya!” Ditengah tantrum, Zee memekik.

“Kalau mau pinjam handphone Mami, gimana bilangnya?” tanya Mami.

“Dedek mau handphone Mami,” jawab Zee.

“Bukan begitu bilangnya. Tapi begini, Mi, Dedek pinjam handphone Mami ya, Mi,” ucap Mami. Zee tertawa di tengah tangisnya.

“Ayo bilang dulu kalau mau handphonenya,” lanjut Mami. Zee menatap Mami.

“Mi, pinjam handphone Mami, Mi,” kata Zee pelan.

“Ulang lagi, Dek,” pinta Mami.

“Dedek pinjam handphone Mami, Mi,” jawab Zee. Mami tersenyum. Meskipun didahului dengan drama tantrum dan pekikan, namun akhirnya si bocah yang kuat pendiriannya ini mau juga belajar tentang adab meminjam barang.

Jangan pantang menyerah ya, Zee. Perjalanan ini masih panjang. Keep spirit.

Pancar Matahari Family

Rabu, 10 Januari 2018

Belajar Warna

Day 7

Rabu, 10 Januari 2018




Sore ini Zee yang melihat Mami sedang membereskan beberapa box tempat buah, langsung merengek dan meminta box yang sedang Mami pegang.

“Dedek mau inilah, Mi,” kata Zee.

“Tapi kotak ini kan buat tempat buah, Dek. Buat jualan,” sahut Mami.

“Dedeknya mau tutup. Mau tutup,” cerocos Zee tanpa peduli jika Mami belum memberikan izin.

“Emang Dedek bisa?” pancing Mami.

“Dedek bisa. Dedek bisa.” Dengan antusias, Zee menunjukkan ekspresi gembira di wajah.

“Ya udah, main sini.” Mami mengajak Zee bermain di dekat bangku kayu.

“Mi, kotak sama, Mi.” Zee langsung memekik begitu selesai menata tiga buah box.

“Iya. Kotak sama. Tapi tutupnya beda kan?” tanya Mami.

“Dedek tutup warna pink lah,” ucap Zee.

“Ah, ini ada,lagi. Blue sama green. Mana lagi ini, Mi?” Zee menatap Mami.

“Yang mana hayo? Yang belum bertutup dong. Mana, Dek?” Mami memancingnya untuk meningkatkan kecerdasan intelektualnya, terlebih kemampuan bernalar dasar.

“Ini, ini. Tengah Dedek tutup warna green.” kata Zee.

“Oke deh. Anak Mami pintar tutup kotak sendiri ya,” puji Mami. Zee bertepuk tangan.

“Terus warna apalagi, Dek?” Mami sengaja membawa Zee larut dalam proses pembelajaran.

“Warna blue belum lagi,” jawab Zee.

“Sebelah mana lagi, Mi?” tanya Zee.

“Coba Dedek lihat. Yang mana lagi yang masih terbuka kotaknya?” Mami sengaja mengajak Zee bermain logika.

“Itu, tepi,” sahut Zee.

“Dedek tutup dulu ya,” lanjut Zee sambil tangannya sibuk, berusaha menutup kotak.

“Horay!” Zee memekik begitu berhasil menutup kotak. Ia tertawa lebar.

“Dedek senang, Mi,” kata Zee.

“Iya. Kalau Dedek tertawa seperti itu, namanya senang. Kalau marah, gimana, Dek?” pancing Mami. Zee menirukan suara orang menggeram.

“Kalau sedih?” tanya Mami lagi. Zee menjawab dengan berpura-pura menangis.

“Kotaknya ada berapa ni, Mi?” tanya Zee tiba-tiba.

“Coba Dedek susun ya,” kata Zee sebelum Mami sempat menjawab pertanyaannya. Ia pun menumpuk satu demi satu kotak yang ada di hadapannya.

“Jadi, ada berapa kotaknya, Dek?” tanya Mami.

“Dua,” jawab Zee cepat.

“Yang bener?” Mami tersenyum misterius. Zee terlihat berpikir sejenak.

“Tiga,” ucapnya setelah beberapa menit diam.

“Kok tahu? Gimana cara hitungnya?” tanya Mami.

“Gimana cara hitungnya?” ulang Zee.

“Tunjuk dong kotaknya sambil dihitung,” jawab Mami. Zee langsung menunjuk satu demi satu kotak, namun hitungannya tidak berhenti di angka tiga dan berlanjut hingga angka sepuluh.

Ah, dasar bocah ajaib. Lumayan juga logikanya hari ini. Besok kita belajar lagi ya, Zee. Semangat.

Pancar Matahari Family

Selasa, 09 Januari 2018

Adab Meminta Tolong

Day 6

Selasa, 9 Januari 2018



Pada hari keenam tantangan level tiga Bunda Sayang, ide meningkatkan kecerdasan spiritual Zee tercetus seketika saat ia meminta untuk diambilkan susu kotak di pagi hari. Cara si bocah ini meminta yang dibarengi dengan rengekan dan ketergesaan, membuat Mami kembali mengulang untuk mengajarinya cara meminta tolong.

“Mau susu, Mi. Dedek mau susu. Susu!” pekik Zee.

“Bilangnya yang bagus dong, Dek. Gimana bilangnya kalau minta tolong Mami buat ambil susu?” tanya Mami. Zee merengut. Ia enggan menjawab pertanyaan Mami.

“Mi, tolong ambilkan susu, Mi. Gitu bilangnya. Coba Dedek bilang gitu dulu baru Mami ambilkan nanti susunya,” ucap Mami, masih berusaha membujuk Zee.

“Apa bilangnya? Mi ...,” lanjut Mami. Zee sedikit membuka mulut.

“Tolong ...,” kata Mami.

“Mi, ambilkan susu tolong, Mi,” kata Zee cepat.

“Apa, Dek? Coba ulang lagi,” pinta Mami.

“Ambilkan susu tolong, Mi,” sahut Zee pelan. Mami tersenyum.

“Nah, gitu dong. Tunggu sebentar ya biar Mami ambilkan,” kata Mami seraya bangkit dari duduk.

“Nih, susunya. Apa bilangnya kalau sudah Mami ambilkan?” tanya Mami.

“Nggak. Nggak mau,” jawab Zee. Mami menggeleng. Sepertinya menjadi PR bagi Mami untuk terus membiasakan Zee mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih, Mi. Gitu bilangnya, Dek. Besok bilang gitu ya kalau Mami sudah ambilkan susu. Oke?” Mami tersenyum sambil menatap Zee. Ia diam tidak menyahut.

Tak mengapa. Kita tidak boleh menyerah. Besok kita coba lagi ya, Zee. Mami tahu Zee anak yang baik.

Pancar Matahari Family

Minggu, 07 Januari 2018

Adab Makan

Day 5

Senin, 8 Januari 2018


Di hari kelima tantangan level tiga ini, Mami kembali mengajak Zee untuk meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Hal ini tercetus saat si kecil sibuk makan kerupuk sambil berbaring telungkup di atas bangku kayu.

“Dek, kalau makan itu kita harus duduk. Tidak bagus berbaring seperti itu,” ucap Mami. Zee tidak bergeming.

“Zee, dengar apa kata Mami?” tanya Mami saat melihat Zee diam saja tanpa berusaha bangkit dari posisinya.

“Yuk duduk yuk. Mau Mami bantu?” tanya Mami lagi.

“Nggak ah, Dedek duduk sendiri.” Zee bergerak pelan dan berangsur mengubah posisi yang semula tengkurang menjadi duduk. Namun kali ini, ia tidak juga duduk dengan posisi yang bagus.

“Dek, kalau duduk itu kakinya di bawah. Dedek kan perempuan. Tidak bagus kalau kaki diangkat ke atas seperti itu. Turunkan kakinya, Sayang,” ucap Mami sambil tersenyum lembut dan menatap Mami Zee.

Perlahan-lahan Zee meluruskan kaki kanannya dan menurunkannya dari atas bangku.

“Ih, anak pintar. Anak Mami sudah bisa duduk bagus ya,” puji Mami. Zee tersenyum lebar.

“Besok lagi, kalau sedang makan, harus duduk ya. Dan kalau sedang duduk di atas bangku, kakinya diturunkan ke bawah. Oke?” tanya Mami. Zee mengangguk-angguk tanda setuju. Semoga saja kamu ingat ya, Nak.

Pancar Matahari Family

Melawan Bosan

Day 4

Minggu, 7 Januari 2018



Hari Minggu ini si bocah ikut Mami dan Papi yang sedang mendapat order siomay di acara Family Gathering Telkom Pekanbaru. Sejak pukul tujuh pagi, Zee sudah bangun dan melihat aktivitas di dapur yang masih sibuk. Tanpa susah, Zee mau diajak kompromi untuk mandi dan bersiap-siap hingga akhirnya pukul 09.00 kami berangkat ke tempat acara berlangsung.

Sampai di sana, rupanya kami tidak langsung menjalankan tugas, namun harus menunggu hingga jam makan siang. Awalnya, Zee tidak protes dan melihat-lihat pemandangan sekitar, sementara Mami dan Papi sibuk menyiapkan makanan yang akan disajikan kepada peserta gathering.

Hingga hampir pukul 12.00, Zee yang semula diam, mulai protes. Mami melihat momen itu pas untuk melatihkan kecerdasan menghadapi tantangan kepada Zee. Bagaimana cara menghadapi rasa bosan dan jenuh, adalah fokus yang harus ditingkatkan. Meskipun Zee sudah terbiasa ikut Mami dan Papi, namun ia tidak terbiasa berjualan tanpa bisa bergerak bebas.

“Udah, udah. Ayo pulang. Dedek mau pulang,” kata Zee di sela-sela rasa bosan.

“Kita kan belum selesai jualan, Dek. Nanti kalau sudah selesai, baru kita pulang.” Mami berusaha menjelaskan kepada Zee. Ia merengek, namun tidak menangis. Sesekali Zee menarik-narik baju Mami.

“Dedek mau apa? Sambil nunggu pulang, gimana kalau kita main dulu? Atau mau nonton?” Mami mencoba memberinya pilihan dan alternatif mengurangi rasa bosan.

“Nggak mau. Dedek mau pulang,” kata Zee, tetap kukuh dengan permintaannya.

“Kita main dulu, baru pulang setelah acara selesai. Oke?” ulang Mami. Zee menatap Mami sebentar.

“Dedeknya mau nonton ajalah,” putus Zee akhirnya. Sepertinya ia sudah merenungkan ucapan Mami.

“Ya udah, ini handphone-nya. Dedek cari ya, mau nonton apa.” Mami menyerahkan handphone kepada Zee dan membiarkannya mencari video yang mau ia tonton.

Zee mau diajak kompromi dalam beberapa saat. Bahkan saat Mami dan Papi sibuk menyajikan makanan, ia meninggalkan handphone sejenak dan memilih membantu mengambilkan piring plastik dan memberikannya kepada Mami saat ada peserta Family Gathering yang hendak makan. Selepas tugas selesai dan kami sedang membereskan barang untuk bersiap-siap pulang, Zee tiba-tiba saja mengamuk.

“Dedek nggak mau nonton!” pekik Zee sambil melempar handphone.

“Dedek kenapa?” tanya Mami.

“Dedek marah. Dedek mau pulang,” jawab Zee. Mami tertawa. Ah, si bocah, masa iya marah pakai bilang segala.

“Dek, kalau marah itu tidak boleh melempar handphone. Itu tidak bagus. Jadi besok jangan diulangi lagi ya. Oke?” jelas Mami. Zee tidak menjawab dan memilih menatap Mami lama. Tak mengapa. Mami yakin Zee akan mengerti dengan ucapan Mami suatu saat, dan ia pasti akan pandai mengendalikan emosi, serta menempatkannya sesuai porsinya.

Semangat ya, Zenitha.

Pancar Matahari Family

Sabtu, 06 Januari 2018

Drama Paket Internet

Day 2

Jumat, 5 Januari 2018



Berdasar rencana kemarin, hari kedua tantangan level tiga kelas Bunda Sayang ini akan Mami isi dengan melanjutkan proses meningkatkan kecerdasan spiritual Zee, khususnya mengajaknya bersyukur kepada Allah, memberikan pengertian kepadanya bahwa Allah adalah Sang Maha Pemberi Rezeki, dengan cara sederhana, yaitu mengucap hamdalah setiap selesai melakukan sesuatu.

Kenyataannya, hari ini Mami justru tertarik untuk melejitkan kecerdasan menghadapi tantangan. Apa alasannya? Tidak lain adalah si bocah yang merajuk gara-gara paket internet Papi habis. Zee yang paling suka menonton youtube untuk belajar tentang warna, angka, huruf, bentuk, dan lain sebagainya sepagian mengamuk.

“Dedek mau handphone Papi!” pekik Zee yang terdengar dari arah dapur, padahal ia tengah berada di ruang tengah.

“Nonton video aja mau? Kalau mau biar Mami ambilkan handphonenya,” sahut Mami sembari memasak.

“Nonton youtube aja. Nggak mau video!” pekik Zee lagi sambil diiringi rengekan.

“Kan paket Papi habis, Dek. Mana bisa nonton youtube?” ucap Mami menjelaskan.

“Handphone Papi. Handphone Papi!” Lagi-lagi si bocah berteriak.

“Kalau Dedek mau nonton video aja, Mami ambilkan handphone Papi. Nanti kalau udah beli paket lagi, baru Dedek nonton youtube,” kata Mami kembali menjelaskan. Zee terdiam tanpa suara beberapa saat.

“Handphone Mami ajalah kalau gitu.” Lalu sambil diiringi sedikit rengekan, Zee memelas. Ia tahu pasti jika Maminya tidak akan pernah kehabisan paket internet. Mami tersenyum. Karena saat itu handphone sedang diisi dayanya, dan Mami juga ingin mengajarinya untuk menerima jika suatu saat keinginannya tidak dikabulkan, maka Mami kembali menolak permintaan Zee.

“Handphone Mami kan sedang dicharger, Nak. Nanti kalau sudah penuh baterainya, baru Dedek bisa nonton.” Sepelan mungkin Mami menerangkan kepada Zee. Dan seperti dugaan, raungan langsung menggema memenuhi ruang tengah.

“Dek, meskipun Dedek nangis, Dedek tetap tidak akan mendapatkan handphone. Jadi berhenti menangis ya,” ucap Mami tegas namun berusaha tidak meninggikan nada. Zee kembali merengek dan menangis cukup kencang. Mami sengaja membiarkannya beberapa saat.

Beberapa menit tidak ada suara, hingga akhirnya terdengar bunyi televisi. Rupanya si anak kecil ini menyalakan televisi. Ia diam, lalu tiba-tiba menarik baju Mami yang tengah berdiri di depan kompor.

“Mami ambilkan handphone Papi. Dedek mau nonton video,” kata Zee. Mami berbalik badan dan tersenyum.

“Bener mau nonton video?” tanya Mami.

“Mau,” ucap Zee sambil mengangguk. Mami menyuruhnya menunggu. Ia tidak serta merta menurut dan memilih mengikuti Mami.

“Nih handphone-nya. Dedek cari sendiri ya mau nonton video yang mana. Mami mau masak lagi ya,” jelas Mami. Zee tidak menjawab dan langsung duduk di lantai.

Beberapa menit ia tenang, sebelumnya akhirnya kembali berteriak. Sepertinya ia mencoba membuka browser, hendak menonton youtube. Namun karena tidak ada koneksi, ia pun marah.

“Mi, tengok ni. Dedek nari baby shark,” kata Zee setelah berhenti mengamuk. Mami mendengar bunyi keluar dari mulut mungilnya, menirukan lirik lagu.

“Mi, Dedek nari. Lihat! Lihat!” Karena belum juga melihatnya beraksi, ia pun berteriak. Mami langsung menghampirinya dan disuguhkan dengan lenggak-lenggok tangan, tubuh,  dan kepalanya menirukan tarian lagu baby shark di video yang ia lihat.

“Pi! Papi! Lihat Dedek nari baby shark!” sambil berlari ke arah pintu samping, Zee meloncat beberapa kali, dengan maksud memperlihatkan gayanya kepada Papi.

Mami mengikutinya dari belakang. Dan tertawa melihat tingkahnya. Ah, dasar bocah. Syukurlah bisa tenang sekejap dan mengendalikan keinginannya untuk menonton youtube. Meskipun didahului dengan drama, namun kali ini ia sedikit bisa mengontrol diri. Zee tetap bisa mencari alternatif ketika sesuatu yang ia inginkan tidak bisa ia dapatkan. Namun yang namanya bocah berusia dua tahun, keadaan tenang tersebut tidak akan berlangsung lama. Begitulah Zee. Ia memang senang menonton youtube. Namun adakalanya ia tetap mau menonton video offline. Caranya ya harus seperti yang Mami lakukan hari ini.Tetap berlaku tegas namun membantunya mencari alternatif.

Semangat ya, Zee. Mengontrol diri itu penting dalam hidup. Semoga apa yang kamu lakukan saat ini, bisa membantu di masa yang akan datang. Ketika kamu menginginkan sesuatu, namun tidak mungkin didapatkan, ikhlaskanlah. Carilah penggantinya. Mami will love you. Keep learning, Sweety.


Otoped Ala Zee

Day 3

Sabtu, 6 Januari 2018




Hai semua,

Memasuki hari ketiga ini, Mami mendapatkan momen menarik untuk membantu Zee meningkatkan kecerdasannya. Kali ini momennya tepat untuk melejitkan kecerdasan intelektualnya. Sesuai usianya yang baru melewati tahun kedua, ia seharusnya sedang dalam masa ingin tahu yang besar. Namun Zee memang mempunyai laju perkembangan yang cepat. Ia sudah mampu menunjukkan kreativitas dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya. Mami yang sering mengamati hal tersebut hanya tinggal memancingnya sedikit saja, seperti yang terjadi pagi tadi.

“Mi, Dedek mau nonton video lah,” ucap Zee sambil menatap handphone.

“Video apa tu?” tanya Mami.

“Kakak main. Kakak naik ini ni,” tunjuk Zee sambil menoleh ke arah Mami.

“Ini apa namanya, Mi? Sepeda? Kakak naik sepeda,” cerocos si bocah sembari menatap layar handphone di hadapannya.

“Itu namanya otoped, Dek. Bukan sepeda,” jelas Mami. Zee terlihat berpikir sebentar.

“Dedek mau naik ini jugalah,” cetus Zee tiba-tiba.

“Naik otoped? Emang Dedek bisa? Pakai apa naiknya?” tanya Mami. Zee termenung.

“Dedek ambil. Dedek ambil.” Sambil berlari Zee berteriak riang.

“Ambil apa tu? Otoped? Kita kan nggak ada otoped,” sahut Mami dari arah dapur. Zee tidak menjawab.

“Mi, tengok ni Dedek naik. Dedek naik.” Zee memekik dan memaksa Mami menoleh. Dan betapa terkejutnya Mami begitu mendapati Zee beraksi dengan bantal leher. Rupanya si kecil super aktif ini sedang menjadikan bantal merah mudanya sebagai pengganti otoped.

Ah, sungguh memancingmu untuk menunjukkan kreativitas tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit, Nak. Mami hanya perlu mengeluarkan sedikit kalimat tanya yang menggelitik dan membuatmu penasaran dan tertantang.

Semangat ya, Zee. Maju terus pantang mundur. Masih banyak hal yang harus kamu pelajari di dunia ini.

Pancar Matahari Family

Kamis, 04 Januari 2018

Basmalah dan Hamdalah

Kamis, 4 Januari 2018


Day 1

Assalamualaikum,

ketemu lagi dengan kami, Pancar Matahari Family. Setelah dua bulan berturut-turut Mami mengikuti kelas Bunda Sayang dan menyelesaikan dua tantangan, yaitu Komunikasi Produktif dan Melatih Kemandirian, kini saatnya Mami dan Zee kembali berjuang memulai tantangan level tiga. Kali ini, temanya tentang Meningkatkan Kecerdasan.

Setelah merenung semalam, Mami memutuskan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual Zee. Pada awalnya Mami ingin mencoba meningkatkan kecerdasan emosional si bocah aktif ini, namun mengingat usia Zee yang belum memungkinkan menerima penjelasan secara baik-baik dan sedang belajar menunjukkan emosinya, terutama marah dan kesal, Mami memilih untuk menundanya terlebih dahulu. Karena yang terpenting saat ini, Zee sudah mampu menunjukkan berbagai macam emosi, baik itu positif maupun negatif sebagaimana mestinya.

Semasa kecil dulu, saat baru mulai belajar berbicara di usianya yang kesebelas bulan, Zee paling senang diajarkan tentang rasa cinta terhadap Allah. Bukan hal rumit, namun lewat cerita bahwa Allah itu Maha Baik, Pengasih, dan Penyayang dan akan menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang taat. Zee juga sering minta diajarkan mengaji serta berdoa harian hingga ia hafal beberapa doa serta surat Al Fatihah.

Namun melewati masa dua tahun sebulan lalu, terutama sejak ia mulai belajar menunjukkan penolakan, saat Mami mengajaknya untuk berdoa sebelum memulai sesuatu, ia tidak akan langsung mengikutinya. Seringkali ia akan langsung menggeleng dan bilang tidak mau. Seperti yang terjadi pagi ini.

Bangun tidur, Zee langsung meminta susu UHT. Masih dengan rengekan khasnya, Zee terlihat terpaksa mengikuti langkah Mami yang mengajaknya meminum susu di dapur, bukan di kamar.

“Mami bukakan susunya,” kata Zee saat ia sudah duduk di bangku kayu favoritnya.

“Baca bismillah dulu, baru Mami bukakan. Gimana bacanya, Dek?” tanya Mami.

“Nggak mau, nggak mau,” tolak Zee. Mukanya bersungut-sungut.

“Tapi Dedek kan mau minum, jadi harus berdoa dulu dong. Mau disayang Allah kan?” Mami mencoba kembali memancingnya.

“Nggak mau!” pekik Zee.

“Ya udah, kalau nggak mau baca bismillah, berarti Dedek nggak usah minum susunya,” tegas Mami. Harus seperti itu, karena Zee tipe yang keras dan tidak akan mempan jika hanya diajak tanpa ketegasan.

“Nonton ajalah. Nggak mau susu,” ucap Zee. Mami tersenyum. Rupanya ia sudah pandai memilih.

“Ya udah kalau gitu sini susunya,” sahut Mami. Zee memandang Mami dengan muka kesal, lalu melempar susu kotak ke lantai. Mami membatin sepertinya hari ini gagal melatih si bocah meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Akhirnya Mami memilih membiarkan Zee menonton video dan kembali mengerjakan aktivitas dapur.

“Mi, Dedek mau susu,” kata Zee setelah terdiam hampir lima belas menit.

“Boleh. Tapi baca apa dulu kalau mau minum susunya?” tanya Mami. Tidak boleh lembek dan terkecoh dengan gaya memelas Zee.

“Bismilla hirrah manirrahim,” jawab Zee sambil menunjukkan muka kesal dan bibir manyun.

“Anak pintar. Gitu dong. Nanti Allah sayang sama Dedek. Dedek masuk surga deh,” ucap Mami. Zee tidak merespon dan terus memandangi susu yang masih berada dalam genggaman Mami.

“Mami tusukkan ya.” Mami menusuk susu dengan pipet dan mengangsurkannya ke arah Zee. Memang karena ia haus atau apa, tetapi dengan cepat Zee langsung menghabiskan sekotak susu.

“Bilang apa kalau sudah habis susunya?” tanya Mami saat Zee kembali mengangsurkan kotak kosong kepada Mami.

“Alhamdu... ,” ucap Mami.

“Nggak mau, nggak mau. Ini.” Zee menggeleng dan memberikan kotak susu kepada Mami.

Mami menghela napas. Sepertinya tantangan kali ini tidak mudah bagi kami. Baiklah, daripada memilih memaksakan hal tersebut, Mami lebih baik menundanya esok pagi. Setidaknya hari ini setelah sebelumnya gagal, Zee berhasil mengucap basmalah. Semangat Zee, besok kita akan belajar bersama untuk menyukuri setiap rezeki yang kita terima.

Sampai jumpa esok pagi semua.

Pancar Matahari Family

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...