Day 2
Jumat, 3 November 2017
Pagi ini Pekanbaru diselimuti mendung setelah semalam hujan mengguyur bumi cukup lama. Si bocah yang baru bangun hampir pukul sembilan pagi akibat tidur sangat larut, bukannya berniat pergi ke kamar mandi, malah minta diambilkan tikar dan digelarnya di belakang rumah.
Seperti biasa, setelah tikar dibentang, ia minta diambilkan buku-bukunya. Mami yang telah menyelesaikan urusan domestik, menemaninya sebentar.
“Mami bacakan buku Dinar.” Zee membuka buku cerita tentang Abdul Qadir Jaelani dan uang Dinarnya.
“Oke. Sebentar aja ya baca bukunya.” Mami mengikuti kemauan Zee lebih dulu, sebelum mengajaknya mandi.
Namun ternyata, bukan hanya satu buku yang ia minta untuk dibacakan. Berlanjutlah tangan kecilnya membuka buku kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalau dibiarkan lama-lama, ia pasti bakal tambah tak mau mandi.
“Mandi yuk, Dek.” Mami berusaha membujuk Zee dengan nada lembut.
“Nggak mau.” Zee tetap asyik membuka-buka buku.
“Zee mau mandi dulu terus baca buku, atau baca buku dengan bau busuk?” Mami memberinya pilihan.
“Mandi mandi sendiri aja!” Jawaban Zee membuat Mami terkejut. Ya, ia memang kadang-kadang menjawab seperti itu.
“Mami mandi sendiri? Terus Dedek mau ngapain?” Mami kembali bertanya.
“Dedek baca buku Apel aja.” Sifat keras Zee memang sudah terlihat sejak bayi. Ia akan selalu mempertahankan pendapatnya jika sudah menginginkan sesuatu.
“Tapi Dedek kan bau busuk. Kalau busuk kita?” Mami membawanya bermain logika.
“Mandi.” Nah! Kena kamu, Zee. Hahaha.
“Yuk, mandi yuk. Biar harum. Habis itu kita baru main lagi.” Mami tersenyum. Zee berdiri dan tidak protes lagi.
“Zee, tolong Mami ambilkan botol minum itu ya.” Mami meminta tolong kepada Zee untuk membantu membereskan botol minum dan buku-buku yang berserakan. Zee membawa botol ke arah Mami dengan patuh.
“Ini, Mi.” Mami kembali tersenyum.
“Terima kasih.” Zee ikut tersenyum.
Setelah drama yang terjadi, akhirnya Zee mandi. Dan drama lanjutannya terjadi di kamar mandi saat ia sedang menggosok gigi.
“Dedek pegang gosok gigi sama Kakak Dora.” Katanya sambil menunjuk sikat gigi dan pasta gigi bergambar Dora.
“Dedek mau gosok gigi?” Mami bertanya.
“Nggak mau! Buat main aja.” Mami sudah mulai mau emosi. Namun ingat kata 'sabar'.
“Tapi kita kan harus gosok gigi, Dek. Biar harum.” Akhirnya keluarlah senjata andalan Mami. Zee memang akan selalu menurut jika sudah mendengar kata harum.
“Dedek gosok gigi sendiri.” Meskipun ragu, Mami membiarkan Zee menggosok giginya sendiri. Awalnya seperti biasa, ia hanya menggigit-gigit sikat giginya, hingga tiba-tiba menggosok gigi bagian bawahnya dengan kuat.
“Dek, kalau gosok gigi itu seperti ini. Pelan-pelan.” Mami memeragakan gerakan gosok gigi secara pelan-pelan. Betapa senangnya saat Zee lama-lama mengikuti gerakan yang Mami buat.
“Udah, Mi.” Begitu selesai, Zee berkata dengan bangga.
“Ih, anak Mami hebat ya sudah bisa menggosok gigi sendiri.” Mami memberikan pujian secara spesifik. Hal itu membuat Zee tersenyum lebar.
Ah, sepertinya komunikasi produktif memang cocok diterapkan buat Zee yang seringkali susah untuk diajak mandi. Meskipun awalnya diwarnai dengan drama, setidaknya aktivitas mandi pagi Zee berhasil dilewati berkat penerapan komunikasi yang enak didengar telinga tanpa emosi dan nada tinggi.
Baiklah, hari ini kamu lulus ya, Zee. Besok kita uji coba lagi.
Sampai jumpa besok teman-teman.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar