Jumat, 2 Maret 2018
Day 2
Hai,
Sudah hari kedua tantangan level lima nih. Kemarin daun yang berhasil terpasang ada tiga, dan hari ini jumlahnya hanya bertambah dua saja, yaitu daun warna kuning dan oranye. Daun kuning untuk Mami, sedangkan oranye kepunyaan Zee. Hari ini Papi yang sedang hectic dengan pekerjaan memang tidak membaca sama sekali. Maklum saja sih, pekerjaan yang menghabiskan waktu hampir dua belas jam di depan komputer tentu saja membuat mata lelah dan kepala pusing, sehingga untuk sekadar membuka buku maupun membaca artikel dan berita di ponsel, Papi sudah tidak sanggup lagi. It's ok. Semoga besok Papi ada sedikit waktu luang untuk membaca.
Kali ini, kita akan berkisah tentang Zee terlebih dahulu. Zee yang bangun pukul empat pagi, kembali tidur saat waktu menunjukkan angka sembilan. Tidak tanggung-tanggung, si bocah itu baru bangun pukul dua belas. Setelah aktivitas rutin seperti mandi, sarapan dan sebagainya, Mami mengajak Zee menempel daun yang terbuat dari kertas bekas dengan lapisan polos berwarna putih. Setelahnya, kami mewarnai tiga daun, masing-masing untuk Papi, Mami, dan Zee. Nah, setelah selesai, Zee antusias mau langsung memasang setiap daun di ranting pohon literasi kami.
“Dek, kalau mau pasang daunnya, Dedek harus baca buku dulu. Nanti kita tuliskan judul buku yang Dedek baca. Baru deh pasang daunnya.” Mami memberikan penjelasan ketika Zee merajuk karena tidak dituruti untuk memasang daun.
“Dedek nggak mau baca,” ujar Zee.
“Jadi maunya apa? Main apa kita?” tanya Mami.
“Dedek mau nonton aja. Nonton Umi Zumi,” jawab Zee sambil berlari ke dalam kamar. Sepertinya belum bisa nih diajak baca buku. Batin Mami.
“Oke. Dedek boleh nonton, tapi setelah nonton nanti kita baca buku ya,” kata Mami. Zee menatap Mami sekilas, lalu tersenyum lebar.
“Janji Dedek,” sahut Zee tiba-tiba tanpa Mami tanya. Akhirnya Mami memberikan kesempatan kepada Zee untuk menonton film animasi edukasi tentang matematika dan desain itu. Sampai di pertengah film, tiba-tiba Zee berbicara dari yang semula diam.
“Mi, tolong ambilkan buku Apel, Dedek mau baca,” pinta Zee. Mami langsung tersenyum lebar.
“Kalau Dedek mau baca, kita matikan ya filmnya,” ujar Mami
“Jangan. Dedek mau baca sambil nonton.” Nah kan, kombinasi ajaibnya mulai kambuh.
“Mi, Dedek nggak mau buku Apel. Mau buku Dinar aja,” kata Zee.
“Nih, buku Dinarnya.” Mami mengangsurkan sebuah buku bersampul gradasi warna biru. Zee meletakkan buku apel di sampingnya, dan mulai membuka buku Dinar. Ia meminta Mami bercerita tentang buku yang sebenarnya berjudul Petualangan Dinar. Mulailah Mami bercerita tentang seorang anak yang sangat jujur, yaitu Abdul Qodir Jaelani. Zee membolak-balik halaman setiap Mami selesai menceritakan tentang petualangan uang Dinar yang berada di dalam jas Abdul Qodir Jailani.
Setelah buku Dinar selesai kami baca, Mami mencoba menawarkan untuk membaca buku Apel Kejujuran. Namun rupanya si bocah tidak berminat. Tak mengapa, setidaknya Zee sudah membaca satu buki hari ini. Selanjutnya, ia mengawasi Mami yang tengah menuliskan judul buku dan nama pengarang di daun oranye miliknya.
Selesai membaca buku, Zee kembali sibuk dengan puzzle dan crayon, sehingga sambil menunggui bocah aktif ini, Mami sempat membaca buku fisik. Kali ini Mami meneruskan membaca novel berjudul Anak Sejuta Bintang yang ditulis oleh Akmal Nasery Basral. Halaman yang Mami baca yaitu dari 80 sampai 90. Buku ini merupakan novel based on true story, yang mengangkat kehidupan masa kecil Aburizal Bakrie atau akrab disapa Ical. Cara penulis menggambarkan kehidupan masa Ical kecil, sungguh menarik. Hanya saja, karena buku ini kami dapatkan sebagai hadiah lomba saat Zee masih belum genap berusia dua tahun dan suka merobek buku, Mami selalu menahan diri untuk tidak menyentuhnya sama sekali. Namun rasanya Mami ingin kembali melahap tulisan apik salah seorang penulis senior mulai saat ini. Semoga bisa istiqomah.
Selesai Mami membaca, daun-daun yang sudah kami warnai langsung diisi dengan judul buku yang telah kami baca. Ada dua daun sebagai tambahan, sehingga total daun yang menempel pada pohon literasi kami total berjumlah lima. Sepertinya kami harus terus memupuk semangat, agar esok bisa lebih banyak membaca buku. Sampai jumpa esok pagi semua.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar