Kamis, 01 Maret 2018

Kita Tempel Daun Yuk!

Kamis, 1 Maret 2018





Day 1

Halo semua,

Bertemu lagi dengan kami, Pancar Matahari Family. Kali ini Mami akan menuliskan kisah hari pertama tantangan level 5 Kelas Bunda Sayang Batch #3. Di tantangan kali ini, pelajar harus menstimulasi anak, suami, maupun diri sendiri untuk meningkatkan minat baca. Dan cara yang dilakukan adalah dengan membuat pohon literasi. Ada banyak jenis pohon literasi, mulai dari yang model ditempel pada dinding maupun papan dan media lain, pohon literasi digital (dibuat di corel atau media lain), serta model pohon berdiri. Pilihan kami jatuh pada yang bisa berdiri alias pohon 3D, karena ada kemungkinan di tengah-tengah masa tantangan nanti kami akan pindah rumah, jadi untuk model pohon yang ditempel ke dinding rasanya tidak memungkinkan untuk dibuat.

Pohon literasi Pancar Matahari Family sendiri baru kami buat tadi malam, dengan formasi lengkap saat menyelesaikan bagian demi bagian yang menyusun pohon. Ada Papi yang membantu memotong karton yang sebelumnya sudah Mami gambar, dan ada Zee yang membantu mewarnai daun. Zee pula yang menentukan warna daun kami masing-masing. Ia ingin daunnya sendiri berwarna oranye. Kuning untuk daun Mami serta hijau buat Papi. Kami memang membuat satu pohon saja untuk satu keluarga, dengan menjadikan ranting sebagai pemisah.

Nah, di hari pertama ini, pagi-pagi sekali sebelum subuh, Zee sudah bangun. Rupanya ia teringat janji Mami malam sebelumnya untuk menempel daun dengan tulisan judul buku serta nama penulis untuk kemudian dipasang di pohon literasi kami.

“Mi, kita baca buku lagi yuk. Dedeknya mau tempel daun,” ucap Zee. Namun karena hari masih sangat pagi dan Mami harus segera membereskan aktivitas domestik, maka Mami membujuk Zee dan menjanjikan akan melakukan kegiatan membaca di siang hari setelah pekerjaan rumah selesai. Zee awalnya protes dan merengek, namun akhirnya fokusnya tentang buku teralih saat Papi mengajaknya bermain menyusun huruf abjad berbahan plastik.

Siang harinya, sembari bermain kartu, Zee kembali menagih janji Mami.

“Dedek mau baca buku apa?” tanya Mami saat Zee meminta Mami mengambilkan buku di rak.

“Judulnya apa ya?” gumam Zee sembari berpikir.

“Buku Esspresso lah, buku Mami,” ujar Zee tiba-tiba. Ia menyebutkan novel karangan Mami.

“No. Itu buku bacaan Ibu-Ibu. Kan ada buku anak-anak Dedek. Baca itu aja,” jawab Mami dengan tegas.

“Buku Gunung ajalah kalau gitu,” sahut Zee. Mami langsung berlalu meninggalkan Zee untuk mengambil buku. Gunung merupakan judul buku yang Mami dan Papi tulis sebagai media pembelajaran untuk Zee. Dan syukur alhamdulillah ia begitu menyukai setiap halamannya.

“Mi, ini gunung Merapi kan namanya. Ini ada tas Dedek nih disangkut Papi dekat pohon,” cerocos Zee saat ia sudah membuka buku. Memang diusianya yang sudah genap dua tahun lima bulan ini, ia sudah jarang mau dibacakan buku lagi. Seringkali ia memilih untuk 'membaca' sendiri, dalam artian mengarang berdasar gambar yang ia lihat ataupun ingatan dari apa yang pernah Mami bacakan sebelumnya. Akhirnya Mami lebih memilih bercerita kepada Zee tentang proses gunung meletus, pergerakan lempeng bumi, hingga mengapa udara di daerah pegunungan cenderung lebih dingin dibandingkan di dataran rendah. Seperti biasa pula, si bocah tekun menyimak sambil sesekali bermain dengan kartunya, dan diselingi pertanyaan maupun komentar ajaibnya saat melihat gambar yang ada di dalam buku.

Jika biasanya Zee membaca lebih dari satu judul buku setiap harinya, kali ini ia hanya membaca buku Gunung. It's ok. I think that's enough for her today. Karena pada usianya yang menjelang tiga tahun, ia memang lebih banyak menghabiskan waktu dengan permainan yang melibatkan pergerakan fisik.

Jika Zee membaca buku fisik, lain halnya dengan Mami dan Papi. Mami seperti biasa memilih membaca cerita di wattpad. Dan hari ini, tulisan Alnira yang berjudul Di Penghujung Usia 31 menjadi pilihan. Cerita ini keren. Menggambarkan pergolakan batin tokoh utama perempuan yang belum menikah di usia 31 tahun. Bagaimana komentar sinis masyarakat serta lingkungan keluarga yang semakin mendesak untuk segera mengakhiri masa lajang membuat si tokoh yang bernama Kara itu acapkali stress dan menjadi lebih sensitif jika mengetahui orang-orang di sekitarnya menikah. Dari cerita ini, ada pesan moral yang Mami dapatkan, yaitu jodoh merupakan sebuah misteri, rahasia Ilahi yang tidak bisa diganggu gugat oleh hamba-Nya. Jadi entah datangnya cepat atau lambat, sebagai manusia yang beriman, kita harus tetap sabar dan bersyukur.

Sementara Papi yang memang lebih sering menghabiskan waktu untuk membaca koran online ataupun artikel, hari ini membaca sebuah artikel berjudul Setting V-Ray dari website sketchup.blogspot.com. Ya, Papi memang bergelut di bidang desain grafis dalam pekerjaan, sehingga pilihan-pilihan artikel yang dibaca juga tidak jauh-jauh dari bidang tersebut. Meskipun tak jarang juga artikel seputar teknologi, otomotif serta bisnis habis dilahap. Meskipun tidak membaca buku fisik, tetapi tetap harus disyukuri karena melalui artikel juga minat baca tetap bisa ditingkatkan. Semangat ya, Pi.

Oke, hari pertama cukup sampai di sini. Sampai jumpa esok pagi, semoga pohon kami segera bertambah lebat daunnya.

Pancar Matahari Family

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Baca Buku? Install iPusnas Yuk!

Selasa, 13 November 2018 Day 1 Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang patut dibiasakan oleh orang tua terhadap anak-a...