Day 5
Senin, 4 Desember 2017
Melatih kemandirian sepertinya memang memerlukan pembiasaan rutin. Hal ini dapat disimpulkan dari rutinitas makan pagi Zee. Memasuki hari kelima, ia tidak lagi merengek minta suap. Pagi tadi, setelah Mami berhasil mengajaknya mandi, langsung menawari Zee untuk sarapan. Pada awalnya ia menolak dan berkata tidak mau makan. Namun Mami sengaja langsung mengambilkan nasi dan memberikannya kepada Zee.
“Dedek makan sendiri ya, Mi,” ucap Zee.
“Nggak mau Mami suap?” pancing Mami. Zee langsung menarik piring dari tangan Mami.
“Nggak mau! Dedek makan sendiri aja,” tegas Zee dengan nada yang sudah mulai meninggi.
“Ya udah, Dedek makan sendiri. Tapi makannya duduk ya. Tidak boleh berdiri,” kata Mami. Zee yang semula tengah mengajak Kakeknya bermain balon langsung duduk di atas bangku kayu.
“Berdoa dulu, Dek. Gimana doanya?” tanya Mami. Zee diam, hingga Mami harus mengulangi permintaan beberapa kali agar ia mau membaca doa sebelum makan. Tidak sia-sia, karena pada akhirnya Zee mau berdoa sebelum menyuapkan nasi ke dalam mulut.
“Makannya rapi-rapi ya, Dek. Mami tinggal masak dulu.” Mami mengingatkan Zee kebiasaan baik yang menjadi PR kami. Ia mengangguk.
Hampir sekitar lima belas menit Mami membiarkan Zee makan sendiri tanpa ditemani. Tidak ada teriakan maupun pekikan, menandakan bahwa si bocah baik-baik saja dan tidak memerlukan bantuan.
“Dek, udah makannya?” tanya Mami ketika ada kesempatan melihat Zee di tengah sibuknya aktivitas produksi batagor/siomay.
“Dedek kumpul yang serak, Mi,” kata Zee sambil memungut butiran-butiran nasi yang terjatuh di bawah bangku. Mami tersenyum. Sepertinya si kecil ini mengingat perkataan Mami kemarin, yang mengatakan jika ada nasi yang berserak harus dikumpulkan.
“Anak Mami hebat, pandai kumpulkan nasi yang beserak sendiri,” puji Mami kepada Zee.
“Mami fotokan Dedek lah,” ucap si bocah. Mami tercengang. Narsis juga ini anak ya. Batin Mami. Sepertinya karena Mami selalu mengambil foto kegiatannya untuk dokumentasi, ia jadi terbiasa dengan berkegiatan sambil difoto.
“Tunggu ya,” jawab Mami sambil berlalu pergi mengambil ponsel.
“Sini, lihat sini, Dek,” kata Mami sambil mengarahkan kamera ponsel ke wajah Zee. Dan terciptalah senyum narsis sambil meringis seperti foto di atas.
“Ini, Mi,” kata Zee sambil mengangsurkan piring dengan sisa nasi sedikit kepada Mami.
“Dedek udah makannya? Nggak mau lagi?” tanya Mami.
“Nggak mau,” jawab Zee sambil menggeleng.
“Biar Dedek antar piring kotornya. Biar Dedek,” kata Zee sambil berdiri dari duduknya.
“No. Kalau masih ada sisa nasinya tidak diantar ke tempat cuci piring, Dek. Nanti biar Mami makan nasinya. Kalau sudah habis baru nanti kita antar ya piring kotornya. Oke?” jelas Mami. Meskipun mungkin diusianya yang baru dua tahun ini ia belum mengerti tentang hal-hal seperti itu, namun Mami pikir tidak ada salahnya menanamkan ajaran tidak membuang-buang makanan sejak dini.
“Kalau udah selesai makannya bilang apa, Dek?” tanya Mami.
“Alhamdulillah,” jawab Zee.
“Anak pintar. Sekarang minum air putih ya,” lanjut Mami. Zee meraih botol air putih yang terletak di atas bangku, tidak jauh dari tempatnya duduk.
Hari ini proses Zee makan sendiri tidak dipenuhi drama. Semoga setiap hari ia terbiasa mengurus dirinya sendiri sesuai tahapan usianya. Semangat ya, Dek.
Sampai ketemu esok ya, semua.
Pancar Matahari Family
Tidak ada komentar:
Posting Komentar