Kamis, 28 Juni 2018
Day 1
Setelah jeda libur Idul Fitri selama hampir dua minggu, kelas Bunda Sayang Batch #3 minggu ini resmi dimulai kembali. Kali ini materi yang diberikan adalah melatih kecerdasan finansial anak sejak dini, yang menempati urutan kedelapan dari dua belas materi dalam kuliah Bunda Sayang Ibu Profesional.
Hari ini, game level 8 dimulai, membuat saya bersemangat untuk melaksanakannya sesegera mungkin, karena salah satu materi Bunda Sayang yang amat saya nanti yaitu melatih kecerdasan finansial anak sejak dini. Mengapa? Karena mengelola keuangan merupakan PR besar yang harus saya latihkan kepada si kecil agar tidak mengulang kesalahan yang pernah saya lakukan saat muda dulu.
Sebelum sampai pada materi kedelapan ini, saya sudah mulai menerapkan pengenalan manajemen keuangan kepada Zee (2 tahun 8 bulan) sejak ia berumur 20 bulan. Bermula dari seringnya mengajak Zee ke pasar, minimarket, warung, hingga sempat membawanya berjualan batagor dan siomay setiap sore. Sejak kecil, Zee sudah tahu soal uang. Bukan nominalnya, namun lebih fungsi uang sendiri yang bisa digunakan sebagai alat tukar. Zee sudah paham jika ingin naik wahana permainan anak, ia memerlukan uang. Pun saat dirinya menginginkan jajanan di warung juga harus menyerahkan sejumlah uang kepada penjual.
Nah, salah satu cara yang kami gunakan sebagai media pembelajaran adalah menabung uang logam untuk keperluan jajannya sendiri. Zee mempunyai celengan ayam berwarna merah yang akan kami isi dengan uang logam pecahan berapapun. Biasanya, Zee yang memasukkan uang dari kami ke dalam celengan. Hasil menabung Zee ini akan kami bongkar setiap akhir bulan, beberapa hari sebelum tanggal 30 atau 31, biasanya sekitar satu minggu sebelumnya. Uang logam ini lalu kami lakban per 1.000 rupiah guna memudahkan Zee belajar menghitung totalnya.
Bulan ini, hasil tabungan Zee hampir mencapai 70.000 rupiah. Beberapa hari sebelumnya sudah ia gunakan untuk membeli kue di warung, juga beberapa keperluannya seperti susu dan pampers. Hari ini, koin terakhir yang dimiliki Zee habis dibelanjakan. Siang tadi, mami mengajaknya menghitung sisa koin yang ia punyai sebelum digunakan membeli kue.
“Dek, uang Dedek tinggal ini ya. Sudah tidak ada lagi yang lain. Ini mau buat beli apa?” tanya mami sambil memperlihatkan uang logam di dalam plastik kepada Zee.
“Beli es krim sama jelly kecil, Mi,” jawab Zee.
“Oke. Kita hitung dulu yuk uangnya ada berapa,” ajak mami.
Zee dengan semangat mulai menghitung, “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh.”
“Uang Dedek ada tujuh berarti ya. Karena satu bendelnya seribu, berarti uang Dedek ada tujuh ribu.” Mami menjelaskan kepada Zee. Ia mengangguk.
“Es krimnya mau yang warna apa?” Mami memang mengenalkan harga es krim kepada Zee sesuai warna bungkusnya.
“Warna yellow. Sama jelly kecilnya banyak. Sama astor juga,” ucap Zee cepat.
“Es krim yellow harganya empat ribu lho. Uang Dedek berarti tinggal tiga nanti.” Mami berkata sambil memisahkan uang berdasarkan harga es krim.
“Tiga ribu itu nanti cuma dapat jelly kecil empat sama astor dua. Mau?” Zee tampak berpikir mendengar pertanyaan mami. Lalu ia menggeleng.
“Jelly kecilnya mau banyak Dedek, Mi.” Sepertinya si bocah memang sudah tahu jika empat itu merupakan jumlah yang sedikit.
“Kalau gitu tidak bisa beli es krim yang yellow. Bisanya es krim lain yang harganya tiga ribu. Mau?” Mami memberikan pilihan.
“Iya. Yang warna light blue Dedek mau,” jawab Zee.
“Ya udah, yuk kita ke warung. Nanti Uang Dedek ini dapat es krim light blue, jelly kecil enam sama astor dua ya,” pungkas mami. Zee mengangguk, entah ia benar-benar mengerti atau tidak.
Sesampai di warung, Zee bergegas menuju rak tempat jelly berada. Rupanya ada banyak pilihan warna. Tanpa menghitung terlebih dahulu, ia langsung meraup banyak jelly.
“Hayo, tadi kan sudah sepakat jelly-nya enam aja. Kok Dedek ambil banyak? Mau diambil semua itu?” tanya mami. Zee mengangguk tanpa berpikir.
“Berarti nggak bisa beli es krim sama astor ya,” lanjut mami. Zee mencebik.
“Mau nggak?” tanya mami lagi. Zee menggeleng.
“Ya udah, kembalikan itu jelly-nya. Ambil enam aja. Yuk kita hitung,” ajak mami. Meskipun tampak keberatan, namun akhirnya Zee mengembalikan jelly ke dalam tempatnya dan hanya menyisakan enam buah di tangan.
Setelah mengambil jelly, Zee otomatis bergerak mengambil astor dan berjalan ke arah freezer tempat es krim berada.
“Es krimnya warna apa tadi Dedek mau?” Mami mengetes Zee.
“Light blue.” Zee menjawab mantap. Oke. Sepertinya hari ini bebas drama, tidak seperti biasanya ia yang tiba-tiba berubah pikiran menginginkan es krim dengan warna berbeda dari kesepakatan awal.
Semua kue sudah didapat, Zee lantas menyerahkan uang di dalam plastik kepada penjual. Ia menunggu penjual menghitung jumlahnya, lalu keluar dari warung dengan riang.
Begitulah cara kami mengenalkan konsep jual beli dan mengatur keuangan sederhana kepada Zee hari ini. Esok pagi semoga ada metode lain yang bisa kami terapkan.
Pancar Matahari Family